Tetapi di sisi lain, muncul fenomena yang akhir-akhir ini yaitu, jika berbuat kriminal atau melanggar tak apa-apa asalkan tampan dan cantik yang banyak bertebaran, seakan menjadi tagline dan legitimasi umum saat ini.
Jika hak istimewa ini membuat sinis dan iri, bahkan melahirkan komentar-komentar negatif, maka cara yang paling ampuh adalah tidak usah melek pemberitaan kepada hal-hal yang seperti itu.
Kemudian, tanamkan kepercayaan pada diri sendiri bahwa orang-orang yang memiliki hak istimewa sebenarnya hanya punya peluang atau potensi, bukan hasil yang mutlak sukses. Tak menutup kemungkinan juga banyak yang gagal dan berat bebannya.
Mau tahu buktinya? Banyak kisah-kisah inspiratif tentang seorang bapak yang berprofesi sebagai tukang becak sukses menyekolahkan anaknya sampai S2.
Juga berita tentang komunitas difabel yang berprestasi walaupun memiliki keterbatasan dan jangan lupa juga orang-orang inspiratif yang dulunya hanya pedagang kecil atau bahkan dalam keadaan miskin namun kondisinya berubah 180 derajat saat ini.
Dengan kata lain, semua pasti bisa dan tak ada yang tidak mungkin. Perbanyaklah bacaan-bacaan inspiratif, namun janganlah kita alergi juga kepada mereka yang memiliki privilege.Â
Berikan apresiasi dan pujian kepada Mereka yang bisa menempatkan dirinya dan bijak dalam menggunakan privilege atau hak istimewanya.
Rasa iri itu memang tidak baik sama sekali. Namun dalam hal ini, cobalah iri dengan positif dengan kata lain tirulah kesuksesannya. Jika kalian yang tak punya hak istimewa bisa mencapai sukses, selamat! Kalian telah membuat iri para pemilik hak istimewa atau privilege dengan sangat jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H