Dengan cepat, opini publik pun berubah!
Ditambah lagi...Ayah Keaton (yang sebelumnya memposting foto yang memunculkan simbol geng supremasi kulit putih). Ibunya sempat membela diri namun sudah terlambat! Opini publik sudah cukup berubah untuk melukiskan keluarga Keaton! Mereka keluarga yang terkenal rasis...bahkan yang lebih parahnya lagi, Keaton sering memanggil teman-teman kulit hitamnya di sekolah dengan panggilan "Negro" yang ironisnya, sewaktu Ia viral dengan video pembulian, Ia didukung penuh oleh Selebriti kulit hitam. Sungguh Ironis...
Atau Saya berikan contoh lain didalam negeri yang lebih familiar.
Apakah anda kenal seorang siswi SMP yang viral pada tahun 2019 di negeri Kita tercinta? Beritanya yang heboh soal perundungan dan pembullian. Ia diberitakan dibully secara verbal dan fisik bahkan kekerasan seksual yang sampai (kemaluannya dicolok). Semua berawal dari saling sindir di medsos.
Diduga Pelakunya adalah satu grup wanita SMA kira-kira 4-5 orang (masih simpang siur hingga saat ini), sementara si Korban masih menginjak bangku SMP. Instagram terduga pelaku semuanya dihujani komentar dari yang bersifat nasihat sampai umpatan.
Kata-kata "Pelac*r, Anj*ng, Jal*ng" sangat mudah ditemukan di kolom komentar akun Mereka(Para Pelaku). Saat itu banyak selebriti, Selebgram, Model, Musisi dan bahkan Youtuber terkenal Indonesia ramai-ramai memberikan dukungan moral dan banjir semangat. Berbagai media sosial juga dibanjiri tagar #Justiceforblablabla .....
kemudian ada ilustrasi siluet tentang wajah sosok wanita korban perundungan yang banjir di media sosial. Berbagai tema dan topik yang tadinya lebih kepada atmosfer politik seketika berubah! Para artis dan selebgram beramai-ramai menyumbang pundi-pundi uang! bukan hanya dukungan! Bahkan korban diundang keberbagai acara TV dan talkshow. Setengah menjadi artis dan bintang tamu! Luar Biasa. Ada lagi, situs petisi juga sudah dibanjiri dukungan!
Namun, kebenaran pasti terungkap! sekecil apapun kebenaran pasti terlihat! Diawali dari beberapa netizen Indonesia yang jumlahnya mungkin sedikit, namun dengan tingkat kewarasan yang tinggi. Mereka membuat investigasi kecil-kecilan di dunia maya dengan bermodalkan jejak digital dan portal-portal berita-berita terpercaya serta bahkan informasi dari orang-orang yang mengenal korban/yang dekat dengan korban.
Terciumlah sebuah fakta bahwa semua ini kemungkinan Rekayasa! Alias HOAX! jadi, awalnya kata "kemungkinan" lama-lama menjadi "benar". Polisi menyatakan bahwa tidak ada luka penganiayaan berdasarkan visum. Dan fakta lagi bahwa pelaku mengungkapkan kejadian tersebut bukan pengeroyokan namun satu lawan satu.
Simpati kepada korban pun sirna dan berkurang meskipun ada yang masih keukeuh kepada prinsipnya. Walaupun begitu, dalam pernyataannya.... pelaku mengaku bersalah dan ingat, Saya benar-benar mengecam sekecil/sebesar apapun kekerasan. Saya juga sangat anti terhadap kekerasan. Saya juga sangat mendukung perlawanan kepada perundungan tapi jika sudah begini mau apa? Kalian yang menghujani komentar-komentar di akun media sosial Tersangka juga termasuk kategori cyber bullying lho mas mbak...
Mereka juga pastinya tersiksa secara psikis. Apalagi dengan reaksi lingkungan sekitarnya. "Tersangka memang salah namun korban belum tentu benar" Kata-kata ini yang muncul di permukaan twitter saat semua penghuni media sosial sadar bahwa Mereka telah kena....... prank massal. Sungguh menggelikan. Tingkat literasi harus selaras dengan tingkat akal sehat.