Terjadinya gerhana bulan total pada 10 Desember 2011 seharusnya mengingatkan kita agar lebih banyak berdzikir dan takut akan terjadinya hari kiamat. Di sisi lain, musim dingin yang sudah dimulai di Jepang, mengingatkan akan sebuah ancaman neraka yang tidak selalu identik dengan panas, tetapi suhu yang sangat ekstrem dinginnya.
Dalam sebuah hadits riwayat Muslim No. 912, dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu'anhu, dikisahkan terjadinya sebuah gerhana. Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam berdiri takut terjadi hari kiamat. Beliau kemudian mendatangi masjid dan mengajak para shahabat mendirikan shalat. Selesai shalat, beliau berkata,
إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan olehNya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah. [HR Muslim No. 912]
Dalam Syarh Shahih Muslim 3/322, Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud kenapa Rasulullah takut, khawatir terjadi hari kiamat. Imam Nawawi menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya, "Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat."
Oleh karena itu, hendaknya kita merasa takut kepada Allah, khawatir akan tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita tahu bahwa beliau adalah hamba yang paling dicintai Allah. Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia.
Bi idznillah, gerhana kali ini bertepatan dengan awal musim dingin di Kota Sendai. Suhu udara di luar ruangan kadang minus di bawah nol derajat, sangat dingin. Salah satu yang perlu direnungkan adalah dinginnya musim dingin ini masih di kisaran nol derajat. Bagaimana jika lebih dingin lagi daripada itu?
Sebenarnya, siksaan neraka pun tidak hanya mengenal "panas", tetapi juga "dingin. Dinginnya tentunya tidak akan terbayangkan oleh indra perasa manusia, sama seperti panasnya yang tidak terbayangkan. Di antara dalil yang menunjukkan dinginnya neraka adalah sebagai berikut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا كان يوم شديد البرد فإذا قال العبد : لا إله إلا الله ما أشد برد هذا اليوم : اللهم أجرني من زمهرير جهنم قال الله تعالى لجهنم : إن عبدا من عبادي استجار بي من زمهريرك و إني أشهدك أني قد أجرته قالوا ما زمهرير جهنم قال : بيت يلقى فيه الكفر فيتميز من شدة البرد
Jika hari terasa amat dingin, maka tatkala seorang hamba mengucapkan 'Laa ilaaha illallah, maa asyaddu bardin haadzal yaum: Allahumma ajirni min zamharir jahannam' (artinya: Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah begitu dingin hari ini. Ya Allah, selamatkan aku dari dingin bekunya jahannam), Allah Ta’ala kemudian berfirman kepada jahannam, "Sesungguhnya di antara hamba-Ku, meminta perlindungan pada-Ku dari dingin bekumu, dan aku bersaksi padamu bahwa aku telah melindungi dari dingin tersebut." Mereka berkata, "Apa itu zamharir jahannam?" Dia menjawab, "Itu adalah rumah tempat orang kafir dilemparkan di dalamnya, lantas mereka terasing karena saking dinginnya." [dari As-Suhami]
Dalam hadits shohih lainnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bercerita,
اشْتَكَتِ النَّارُ إِلَى رَبِّهَا فَقَالَتْ يَا رَبِّ أَكَلَ بَعْضِى بَعْضًا. فَأَذِنَ لَهَا بِنَفَسَيْنِ نَفَسٍ فِى الشِّتَاءِ وَنَفَسٍ فِى الصَّيْفِ فَهُوَ أَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الْحَرِّ وَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الزَّمْهَرِيرِ
Neraka berkata, "Ya Rabb, kami memakan satu sama lainnya (maksudnya adalah 'izinkanlah kami untuk bernapas!')." Maka Allah mengizinkan untuk bernafas dua kali, nafas ketika musim dingin dan nafas ketika musim panas. Hawa yang sangat panas adalah dari panasnya neraka. Hawa yang sangat dingin, adalah dari dingin bekunya neraka. [HR Bukhari (3260) dan Muslim (617)]
Dalam Al-Quran pun, tepatnya di Surat An-Naba yang sering kita hafal, ada isyarat tentang dinginnya neraka,
لَّا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًا وَلَا شَرَابًا
إِلَّا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا
جَزَاءً وِفَاقًا
Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak pula mendapat minuman, kecuali air yang mendidih dan ghossaq, pembalasan yang setimpal. [An-Naba: 24-26]
Di kebanyakan Al-Quran terjemah, ghossaq sering disebutkan sebagai 'nanah'. Menurut Ibnu 'Abbas (radhiyallahu 'anhuma), yang dimaksud ghossaq sebenarnya adalah dingin beku dari neraka yang menyebabkan seseorang seperti terpanggang olehnya. Imam Mujahid berkata, "Ghossaq adalah sesuatu yang tidak mampu seseorang sentuh karena begitu dinginnya." Sebagai kompromi dari arti harfiahnya, ada pula yang mengatakan bahwa ghossaq adalah dingin yang baunya begitu busuk (seperti nanah).
Pelajaran penting yang bisa diambil dari dalil-dalil ini adalah bahwa cuaca yang amat dingin pun mengingatkan kita akan neraka, sehingga kita memohon perlindungan kepada Allah dari siksanya yang begitu mengerikan.
***
Kesimpulannya:
Gerhana + musim dingin = mengingatkan akan semakin dekatnya hari kiamat dan mengingatkan pada siksa neraka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H