Proses pembuatan jamu tradisional Bu ParÂ
Bu Par adalah seorang peracik jamu yang berasal dari desa Seneng,Pakang,Andong Kabupaten Boyolali.Sebelum Bu Par menyandang gelar sebagai peracik jamu,beliau adalah seorang buruh tani yang kekurangan dalam hal ekonomi.Bu Par sangat menginginkan anak-anaknya memiliki fasilitas yang cukup layaknya teman-teman anaknya.Bu Par mencoba melakukan pengamatan di suatu pasar tepatnya di Kacangan,Andong,Boyolali,Jawa Tengah. Saat melakukan pengamatan Bu Par melihat seorang yang berdagang jamu pangkalan,Bu Par mencoba bertanya kepada penjual jamu tersebut tentang proses dan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan jamu tradisional,Bu Par mengingat-ingat segala perkataan dari prnjual jamu di pasar kacangan yang lalu dicatat oleh Bu Par dan dijadikan buku resep dalam membuat.
Selang beberapa hari,Bu Par mencoba membuat jamu dengan membeli semua peralatan dan bahan yang sudah dicatatnya dari perkataan penjual jamu pangkalan di pasar beberapa hari silam.Setelah melewati beberapa kegagalan dalam membuat jamu tradisonal akhirnya Bu Par berhasil membuat beberapa jenis jamu tradisional yang diakui enak oleh para tetangga dan keluarga.Setelah Bu Par berhasil dalam membuat jamu yang terasa enak dan cocok di lidah para tetangga,Bu Par berniat untuk merantau ke daerah Indramayu,karena di daerah Indramayu terdapat banyak penikmat jamu yang sangat bergantung pada obat-obatan herbal.
Penjualan jenis dan jumlah jamu gendong sangat bervariasi untuk setiap penjajan.Hal tersebut bergantung pada kebiasaan yang Bu Par pelajari dari pengalaman tentang jamu apa yang diminati dan pesanan yang diminta oleh pelanggan.Oleh karena itu,setiap hari jumlah dan jenis jamu yang dijajakan oleh Bu Par tidak selalu sama.Jumlah jamu yang bisa dijual ada 8 jenis,yaitu Beras Kencur,Cabe Puyang,Kudu Laos,Kunci Suruh,Uyup-uyupan/Gepyokan,Kunir Asem,Pahitan, dan Sinom.Terkadang Bu Par sang penjual jamu gendong juga menyediakan jamu bubuk atau pil dan kapsul hasil produksi industri jamu.
Setelah beberapa merantau untuk berjualan jamu tradisional,Bu Par bisa memasukan salah satu anaknya untuk belajar di perguruan tinggi di salah satu Universitas daerah Jakarta setelah beberapa tahun Bu Par berjualan jamu tradisional dan membiayai anaknya kuliah di salah satu perguruan tinggi Bu Par menulis resep jamu tradisional yang biasanya digunakan oleh Bu Par dalam berjualan.
Jamu tradisional yang dibuat oleh Bu Par adalah salah satu jamu yang digemari oleh para pecinta jamu, hal ini dikarenakan Bu Par masih mempertahankan warisan nenek moyang yaitu mengolah jamu dengan cara tradisional yang masih menggunakan kayu dan tungku untuk mendidihkan jamu yang dimasaknya,beliau juga mengunakan penumbuk kayu (Lumpang) sebagai alat penumbuk jamu yang dibuatnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peracik jamu gendong tradisional (Bu Par) yang berjualan jamu untuk menghidupi keluarganya atas hasratnya sendiri. Berikut hasil wawancara tersebut.
"Saya berjualan jamu sejak tahun 1998 untuk menghidupi 5 anak saya,saya mebuat jamu dengan resep turun-temurun dari resep jamu sahabat saya yang pandai dalam membuat jamu,saya masih mempertahankan proses dalam pembuatan jamu,proses menbuat jamu dengan menggunakan Lumpang kayu dan Pawon (Tungku yang menggunakan kayu).Dalam meracik jamu saya biasanya meracik jamu kunir asem lebih banyak daripada jenis jamu lainya,karena jamu kunir asem lebih cepat habis jika di bandingkan dengan jenis jamu lainnya".(CLWH 01/P).
Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa Bu Par adalah sosok pekerja keras yang berusaha untuk meghidupi anak-anaknya dari hasil berjualan jamu gendong,Bu Par juga seorang yang berprofesi sebagai peracik sekaligus penjual jamu gendong yang tidak mudah menghilangkan keaslian dari cara meracik nenek moyang,dan hal tersebutlah yang membuat jamu racikan Bu Par sangat digemari oleh para pecinta jamu gendong di daerah Indramayu.Bu Par juga dapat menyimpulkan bahwa jamu yang banyak diminati oleh para pecinta jamu adalah jamu kunir asem dibandingkan dengan jenis jamu lainya,beliau bisa mengevaluasi hasil daganganya dengan melihat hasil penjualan dan sisan jamu yang belum terjual.
Hasil wawancara dengan penikmat jamu Bu Par juga menunjukan bahwa jamu racikan Bu Par memilika cita rasa yang khas. Berikut hasil wawancara tersebut.
"Saya sering sekali saat merasa tidak badan saya membeli jamu Suruh (Perasan daun suruh) kepada Bu Par,saya merasakan kekhas cita rasa air yang dimasak di atas tungku api yang masih menggunakan kayu bakar,terkadang saya juga menelan sedikit robekan daun suruh yang dihaluskan menggunakan lumpang,setelah beberapa jam meminum jamu suruh Bu Par,perut saya yang tadi terasa sakit pun lebih merasa nyaman". (CLWH/02/F)