Masa remaja adalah fase transisi antara masa anak dan dewasa yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Sarlito Wirawan (2008) juga mendukung pandangan ini, menyatakan bahwa remaja adalah peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, termasuk dalam aspek fisik dan psikologis (Hidayati, 2015).Â
Self-esteem atau harga diri, merupakan aspek kritis dalam perkembangan remaja. Self-esteem yang sehat dan kuat membantu remaja dalam mengatasi tekanan, menjalin hubungan sosial yang baik, dan meraih potensi penuh dalam hidup mereka.Â
Orangtua memegang peran utama dalam membentuk dan mendukung self-esteem remaja (Hidayati, 2015). Self-esteem memiliki peran penting dalam konsep diri remaja, yang memengaruhi perkembangan mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Persepsi diri pertama kali dipengaruhi oleh reaksi orang lain, terutama oleh peran ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnya.
Self-esteem pada remaja merupakan aspek penting dalam perkembangan individu di masa transisi menuju kedewasaan. Self-esteem merujuk pada penilaian individu terhadap dirinya sendiri, termasuk keyakinan dalam kemampuan, nilai diri, dan penerimaan terhadap diri sendiri. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipahami tentang self-esteem pada remaja:
Â
1. Pentingnya Self-Esteem
Self-esteem yang positif dapat membantu remaja menghadapi tantangan, mengatasi kegagalan, dan membangun hubungan sosial yang sehat. Dengan memiliki self-esteem yang kuat, remaja cenderung lebih percaya diri dan mampu mengatasi tekanan dari lingkungan sekitar.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Esteem
Self-esteem remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti hubungan dengan orang tua, teman sebaya, prestasi akademik, penampilan fisik, dan pengalaman sosial. Mendapatkan dukungan positif dari lingkungan dapat membantu memperkuat self-esteem remaja.
3. Peran Orang Tua dan Lingkungan: Orang tua dan lingkungan sekitar memainkan peran penting dalam pembentukan self-esteem remaja. Memberikan dukungan, pujian yang membangun, dan memberikan kesempatan untuk belajar dari kegagalan dapat membantu meningkatkan self-esteem remaja.
4. Dampak Self-Esteem yang Rendah
Remaja dengan self-esteem yang rendah cenderung mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah, merasa tidak berharga, dan rentan terhadap gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan dan mendukung remaja dalam membangun self-esteem yang positif.
5. Mendorong Pertumbuhan Self-Esteem
Untuk membantu remaja memperkuat self-esteem, penting untuk memberikan kesempatan untuk meraih prestasi, mengembangkan keterampilan, mendukung dalam menghadapi tantangan, dan mengajarkan pentingnya menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Pada masa remaja, self-esteem cenderung mengalami penurunan karena adanya transisi perkembangan, tuntutan konflik, perubahan yang cepat, dan kompleksitas dalam hubungan pertemanan serta sikap romantic (Hidayati, 2015).Â
Oleh karena itu, peran keluarga, terutama orang tua dan lingkungan, sangat penting dalam memberikan dukungan dan bimbingan agar remaja dapat menjaga atau meningkatkan harga diri mereka sebelum memasuki usia dewasa. Upaya orang tua untuk meningkatkan self-esteem remaja tidak hanya tergantung pada tingkat pendidikan atau status sosial ekonomi mereka.Â
Penelitian pada remaja 12-15 tahun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam self-esteem remaja dari orang tua berpendidikan tinggi dan rendah. Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa remaja dari orang tua yang bekerja cenderung memiliki self-esteem lebih tinggi (Hidayati, 2015).
Namun, tidak semua orang tua menyadari peran penting mereka dalam mendukung remaja, terutama dalam hal pengertian perubahan yang terjadi selama masa remaja. Keterbatasan interaksi antara orang tua dan remaja karena pekerjaan dan hubungan yang kurang harmonis dalam keluarga dapat memengaruhi self-esteem pada remaja (Mukhlis, 2013).Â
Kegagalan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka juga berdampak pada self-esteem mereka. Ketika remaja merasa memiliki self-esteem yang tinggi, mereka cenderung memiliki dorongan kuat untuk mencapai kesuksesan.Â
Namun, jika self-esteem rendah, mereka mungkin kurang termotivasi. Ketidakpahaman orang tua tentang perubahan yang dialami remaja dapat memicu konflik dan kesalahpahaman, yang pada gilirannya dapat menyulitkan perkembangan remaja dan bahkan menyebabkan masalah perilaku dan mental seperti merokok, penyalahgunaan obat-obatan, pergaulan bebas, kenakalan remaja, dan gangguan lainnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami dan mendukung perjalanan perkembangan self-esteem anak remaja mereka.
Dikutip dari (Team, 2023), ada beberapa rekomendasi yang dapat ditawarkan agar orang tua dapat mengambil peran dalam mendukung self-esteem yang positif bagi anaknya, antara lain:
1. Orang tua perlu menciptakan lingkungan di mana remaja merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaan, pengalaman, dan masalah mereka. Mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi dan memberikan umpan balik yang positif akan membantu membangun kepercayaan diri remaja.
2. Orang tua perlu menjadi contoh yang baik bagi remaja dalam hal cara mengelola konflik, mengatasi stres, dan membangun hubungan yang sehat. Mereka akan belajar banyak dari Mendukung jika remaja merasa gagal dan mendukung minat serta bakat mereka.
3. Orang tua harus mengajarkan kepada mereka bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Dorong mereka untuk bangkit kembali setelah kegagalan dan tetap mencoba. Hindari kritik negatif dan apresiasi minat dan bakat mereka dalam mendukung perkembangannya.
4. Luangkan waktu untuk bersama dengan anak remaja dikeluarga. Aktivitas bersama seperti bermain game, berkendara, atau makan malam keluarga dapat memperkuat ikatan keluarga dan membantu membangun rasa keamanan emosional.
Self-esteem atau harga diri, merupakan aspek kritis dalam perkembangan remaja. Self-esteem yang sehat dan kuat membantu remaja dalam mengatasi tekanan, menjalin hubungan sosial yang baik, dan meraih potensi penuh dalam hidup mereka.Â
Peran orang tua dalam mendukung self-esteem remaja sangat penting. Komunikasi positif, dukungan saat menghadapi kegagalan, waktu bersama, dan pengembangan minat dan bakat remaja merupakan faktor kunci dalam membangun lingkungan relasi orang tua dan anak yang baik.Â
Dengan pemahaman ini, kita berharap menciptakan generasi muda yang percaya diri dan siap menghadapi tantangan hidup. Semoga artikel ini menginspirasi orang tua dan keluarga dalam mendukung self-esteem sehat pada remaja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H