1. Pada tingkat pertama tempat tinggal penderita HD terdapat sedikit kekacauan atau berantakan, namun masih terbilang rendah karena tidak ada bau. Seluruh pintu atau akses jalan serta tangga masih dapat diakses, serta kotoran hewan tidak memenuhi lebih dari tiga ruangan.
2. Pada tingkat kedua bau dari hewan peliharaan atau binatang lainnya mulai muncul, limbah atau kotoran hewan berceceran dilantai, minimnya perawatan terhadap hewan peliharaan, tempat sampah meluap, serta permukaan wadah makanan yang kotor tidak dibersihkan.
3. Pada tingkat ketiga terdapat kamar tidur atau kamar mandi yang tidak dapat digunakan, terdapat cairan atau zat berbahaya dalam jumlah kecil berceceran di lantai, terdapat permukaan debu berlebihan, tumpukan baju, handuk, seprai atau kain sejenis yang kotor, tempat sampah yang penuh dan berceran keluar, seta bau tidak sedap memenuhi rumah.
4. Pada tingkat keempat terdapat bekas-bekas bungkus makanan yang sudah lama, tidak adanya peralatan makan yang bersih, tempapt tidur dipenuhi kutu atau tungau atau serangga lainnya, tidak menggunakan separi atau kain sejenis, serta lebih dari satu akses jalan yang terhalangi oleh barang-barang.
5. Pada tingkat kelima kamar mandi dan dapur yang sangat berantakan, kotoran manusia yang terlihat jelas, serta makanan busuk yang memenuhi lantai serta di dalam kulkas yang telah tidak berfungsi.
Tanpa bantuan, pengidap HD dapat mengganggu kegiatan sehari-hari seperti memasak, bersih bersih, kebersihan diri dan juga tidur. Pengidap HD juga dapat memicu sanitasi yang buruk dan menyebabkan konflik serius dengan keluarga dan masyarakat. Berdasarkan data dari American Psychiatric Association (2013) (dalam Zulfa, 2020), meskipun sekitar 2-6 persen populasi di dunia mengidap hoarding disorder, namun banyak pengidap yang tidak meminta pengobatan, bahkan 66 persen tidak menyadari tingkat keseriusan masalah atau tidak sadar bahwa hal yang dilakukannya merupakan kesalahan atau kelainan.
Dimulai dengan karya Meyer pada tahun 1966, pengobatan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan gejala penimbunan yang signifikan secara klinis pada umumnya adalah pengobatan yang sama dengan yang digunakan untuk OCD, suatu bentuk khusus dari terapi perilaku kognitif yang dikenal sebagai Exposure and Ritual Pencegahan dengan mayoritas pasien menunjukkan pengurangan gejala jangka pendek dan jangka panjang yang substansial (Williams, 2016). Serta menurut (Mataix-cols & Ph, 2015) saat ini, intervensi yang memiliki basis bukti terkuat untuk gangguan penimbunan adalah perawatan psikologis multikomponen yang didasarkan pada model perilaku kognitif. Perawatan ini menggabungkan pendidikan tentang penimbunan, penetapan tujuan, teknik peningkatan motivasi, pelatihan keterampilan pengorganisasian dan pengambilan keputusan, latihan menyortir dan membuang barang, latihan menolak akuisisi, dan teknik kognitif yang dirancang untuk mengubah keyakinan disfungsional tentang pentingnya tentang pentingnya harta benda.
Penderita hoarding disorder perlu dikenali, namun tidak boleh sembarangan mendiagnosis. Jika di dalam masyarakat menemukan seseorang yang mengidap hoarding disorder, masyarakat sekitar tidak boleh menatap pengidap HD dengan tatapan jijik maupun tatapan marah, masyarakat harus bersimpati kepadanya, serta tidak perlu menyuruh mereka untuk pindah ataupun mengusirnya. Masyarakat dapat bersimpati dengan mengajak pengidap HD berbicara bersama, mendengarkan mereka ataupun meminta bantuan kepada profesional. Walaupun kita bersimpati, tetapi jangan membereskan barang-barang mereka. Lebih baik kita mengajak mereka untuk membereskannya bersama, karena dapat membuat pengidap HD semakin tidak termotivasi untuk membuang atau menyortir barang-barang yang menumpuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H