Mohon tunggu...
Sosbud

Menyongsong Masa Depan Islam

6 November 2018   06:01 Diperbarui: 6 November 2018   06:17 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hampir dua dekade ini umat Islam menghadapi masalah yang serius dan berat. Kebijakan 'perang terhadap teror' yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menyebabkan umat Islam semakin terpojok. Islam dituding sebagai agama teroris. Negeri-negeri Islam diinvasi oleh negara-negara Barat. Irak porak-poranda, Palestina tak kunjung selesai, krisis Libya, krisis Yaman, Suriah, Nigeria, dan sebagainya. Gerakan militan Islam berkembang dan menantang hegemoni Barat.

Kebangkitan gerakan terorisme seperti ISIS, Al-Qaeda, Boko Haram, Abu Sayyaf, dan Jamaah Islamiyah (JI) mewarnai Islam di abad ke-21  ini. Gerakan teror ini cenderung memaksakan kehendaknya untuk mendirikan sebuah negara Islam di seluruh antero dunia Islam. Dan mereka tidak main-main. Mereka tidak segan-segan membunuh muslim yang tidak sepaham dengan mereka

Selain itu umat Islam mengalami konflik internal yang parah. Pertentangan antara kaum radikal, moderat, dan sekuler terus terjadi dan menghabiskan energi umat. Umat Islam tenggelam dalam lautan krisis yang tak penbertepi. Negara-negara Islam disibukkan oleh masalah internal yang tak kunjung selesai. Wibawa umat Islam merosot ke dalam titik terendah.

Bagaimana cara menghadapi ini semua? Iman harus kita perkuat dan yakin Allah selalu menolong umat-Nya dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Namun umat Islam harus berintrospeksi dan melihat pada diri sendiri. Apa penyebab umat Islam menjadi centang perenang ini? Pasca bubarnya Kekhalifahan Turki Utsmani negeri-negeri Islam dikoyak oleh penjajahan Barat. Umat Islam berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin yang zalim yang pro-Barat.

Sebenarnya masalahnya bukan hanya sampai di situ. Masalah konservatifisme umat Islam menjadi masalah yang signifikan untuk dikaji. Umat Islam harus membuka diri terhadap perubahan sosial yang menanti. Globalisasi tengah melanda negara-negara Islam. Ada negara-negara Islam yang kaya raya dan ada yang miskin papa. Peperangan masih terjadi di sebagian negeri-negeri Islam sehingga mereka sulit membangun.

Salah-satu hal yang perlu kita bangun adalah persaudaraan antar umat Islam (ukhuwwah Islamiyah). Walaupun umat Islam tidak berdiri sebagai satu kesatuan politik namun persaudaraan harus kita jaga. Komunikasi dan silaturahmi antar umat, khususnya umara dan ulama harus terjalin demi menjaga persatuan Islam.

Walaupun dalam sejarah umat Islam tidak pernah bersatu secara politik, namun umat Islam mempunyai akidah dan simbol-simbol yang sama. Kabah, masjid, al-Qur'an dan lain sebagainya merupakan pemersatu umat Islam. Kalau kita mengacu kepada Alquran dan Sunnah kita diperintahkan untuk bersatu dan berpegang kepada Alquran dan hadis. Walaupun demikian penafsiran Alquran dan Hadis sering kali tidak sama. Umat Islam menghadapi beragam tafsir yang ditulis ulama sejak zaman lampau. Pembaruan terhadap tafsir Alquran sesesuai kondisi kekinian merupakan suatu hal yang harus dilakukan karena masa berubah. Perubahan waktu dan tempat sangat mungkin mengakibatkan perubahan hukum.

Sesungguhnya perjuangan umat Islam belum selesai. Masih banyak hal yang harus diselesaikan. Di dalam pendidikan, umat Islam masih kalah dengan umat-umat lain. Pendidikan di negara-negara Islam masih tertinggal dibandingkan pendidikan umat Kristen, Yahudi, dan Konghucu. Universitas-universitas terbaik di Timur Tengah masih milik Israel. Dalam hal ini, umat Islam perlu melakukan reformasi pendidikan Islam. Metode yang dipakai dalam institusi pendidikan Timur Tengah masih mengacu kepada zaman pertengahan. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di beberapa negara Islam belum semaju negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

Umat Islam juga masih tertinggal dalam industri dan perdagangan. Di era globalisasi ekonomi ini, negara-negara Islam hanya menjadi korban dari globalisasi, bukan pemenangnya. Ini disebabkan mayoritas negara-negara Islam masih mengandalkan eksploitasi SDA dibanding membangun industri domestik dan perdagangan yang kuat.

Para pemimpin di negara-negara Islam sulit melakukan pembangunan karena mereka berupaya mengekalkan kekuasaan mereka untuk kelompok dan keluarganya. Sebagian besar kekayaan alam negara-negara Islam dieksploitasi untuk kepentingan asing dan elit-elit tertentu. Tidak ada negara-negara berasaskan Islam yang benar-benar dianggap demokratis. Indonesia, Turki, Aljazair, Pakistan, adalah negara-negara muslim yang menerapkan demokrasi.

Menerawang masa depan Islam membuat kita bertanya-tanya apakah mungkin Islam akan berjaya kembali. Persoalan yang dihadapi oleh umat Islam di seluruh dunia benar-benar kompleks.

Seorang pengamat Islam dari Barat mengatakan kebangkitan Islam di seluruh dunia tidak efektif karena ketiadaan pemimpin. Umat Islam kini tanpa pemimpin sehingga bergerak sendiri-sendiri. Memang pemimpin negara Islam atau organisasi besar Islam tapi mereka tidak bisa dianggap mewakili Islam secara keseluruhan. Memang ada ulama-ulama Islam yang berkaliber internasional, namun mereka tidak membentuk jaringan ulama seperti pada masa lampau. Umat Islam di seluruh dunia terikat dengan lokalitasnya.

Cendekiawan Islam justru lebih banyak lagi. Mereka cenderung bertindak moderat. Banyak cendekiawan Islam lulusan perguruan tinggi di Barat. Namun tidak semua dari mereka memahami khazanah Islam di masa lampau. Dualisme pemikiran Islam antara modern dan tradisional masih terjadi. Umat Islam harus bangkit dari keterpurukan. Caranya dengan melakukan reformasi pemikiran di antara ulama, umara, cendekiawan, dan kaum terpelajar muslim.

Mereformasi mindset umat Islam yang telah bertahan berabad-abad lamanya bukan perkara mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Penolakan, caci-maki, bullying akan terus dilancarkan orang-orang yang tidak setuju dengan perubahan itu. Perubahan akan memakan korban yang cukup besar. Tapi setiap perubahan sosial di dunia pasti mengakibatkan konflik antara nilai-nilai lama dengan nilai-nilai baru. Perubahan memerlukan pengorbanan. Namun semua itu harus dilakukan untuk mencapai situasi yang lebih baik.

Islam datang untuk memperbaiki kondisi umat manusia yang sebelumnya terbelenggu kejahiliahan. Penafsiran terhadap nilai-nilai Islam perlu dilakukan untuk menerjemahkan Islam ke konteks kekinian. Ini bukan berarti mengubah Islam secara keseluruhan. Ada yang prinsip-prinsip Islam bersifat tetap (tsawabit) dan ada juga yang berubah (mutaghoyyirat).

Perubahan itu sesuatu yang dimungkinkan dalam konteks zaman yang berubah. Islam sesungguhnya adalah agama yang dinamis. Selama berabad-abad Islam membeku sebagai agama yang membawa perubahan. Kini kerangkeng anti perubahan itu harus diputus. Islam harus menjadi kekuatan yang mendinamisasi dunia. Islam harus menjadi inspirasi dunia. Islam sesungguhnya mengandung semangat perubahan. Umat Islam harus berevelosi menuju keadaan yang lebih baik.

Kadang perubahan itu menyakitkan. Perubahan butuh proses yang tidak instan. Reformasi Islam telah dilakukan sejak zaman Muhammad Abduh pada akhir abad ke-19. Muhammad Abduh mencoba melakuka refomasi pendidikan di Universitas Al-Azhar di mana ia sempat menjadi rektornya. Abduh berusaha berfokus pada pendidikan yang menurutnya salah-satu bidang kejumudan umat. Pada masa itu umat Islam telah meninggalkan ilmu pengetahuan dan lebih berfokus pendidikan agama. Ketertinggalan Islam dari Barat sebenarnya diakibatkan kesalahan umat Islam sendiri yang tidak melakukan pemikiran ulang  terhadap ajaran Islam. Ajaran Islam yang kita kenal sekarang ini merupakan produk abad pertengahan. Reformasi pemikiran Islam mutlak harus dilakukan. Umat Islam harus mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi Barat tanpa harus menjadi Barat. Umat Islam harus memperbaiki pemahamanya tentang dunia yang sangat dinamis. Penemuan teknologi baru menyebabkan perubahan sosial yang harus segera ditanggulangi. Munculnya mesin uap, jam, mesiu, telegraf, telpon, dan sebagainya menyebabkan perubahan sosial yang masif.

Perubahan ini berakibat pula pada perubahan tata nilai sebuah masyarakat, termasuk agama. Agama dituntut untuk memberi jawaban atau solusi atas berbagai permasalahan dunia modern. Sesungguhnya kepercayaan terhadap agama merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari benak seorang manusia. Agama memberikan sesuatu yang bersifat transenden. Agama mengajarkan manusia tentang kehidupan setelah kematian. Hidup di dunia bukan sesuatu yang final.

Masa depan umat Islam sampai saat ini belum bisa prediksi. Umat Islam masih seperti buih di lautan. Banyak tapi terombang-ambing oleh gelombang laut.  Umat Islam harus memperbaiki diri dan tetap optimis terhadap masa depan. Allah sendiri berfirman di dalam Alquran bahwa Dia tidak akan mengubah satu kaum sebelum mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka. Insya Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun