Mohon tunggu...
Sosbud

Menyongsong Masa Depan Islam

6 November 2018   06:01 Diperbarui: 6 November 2018   06:17 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seorang pengamat Islam dari Barat mengatakan kebangkitan Islam di seluruh dunia tidak efektif karena ketiadaan pemimpin. Umat Islam kini tanpa pemimpin sehingga bergerak sendiri-sendiri. Memang pemimpin negara Islam atau organisasi besar Islam tapi mereka tidak bisa dianggap mewakili Islam secara keseluruhan. Memang ada ulama-ulama Islam yang berkaliber internasional, namun mereka tidak membentuk jaringan ulama seperti pada masa lampau. Umat Islam di seluruh dunia terikat dengan lokalitasnya.

Cendekiawan Islam justru lebih banyak lagi. Mereka cenderung bertindak moderat. Banyak cendekiawan Islam lulusan perguruan tinggi di Barat. Namun tidak semua dari mereka memahami khazanah Islam di masa lampau. Dualisme pemikiran Islam antara modern dan tradisional masih terjadi. Umat Islam harus bangkit dari keterpurukan. Caranya dengan melakukan reformasi pemikiran di antara ulama, umara, cendekiawan, dan kaum terpelajar muslim.

Mereformasi mindset umat Islam yang telah bertahan berabad-abad lamanya bukan perkara mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Penolakan, caci-maki, bullying akan terus dilancarkan orang-orang yang tidak setuju dengan perubahan itu. Perubahan akan memakan korban yang cukup besar. Tapi setiap perubahan sosial di dunia pasti mengakibatkan konflik antara nilai-nilai lama dengan nilai-nilai baru. Perubahan memerlukan pengorbanan. Namun semua itu harus dilakukan untuk mencapai situasi yang lebih baik.

Islam datang untuk memperbaiki kondisi umat manusia yang sebelumnya terbelenggu kejahiliahan. Penafsiran terhadap nilai-nilai Islam perlu dilakukan untuk menerjemahkan Islam ke konteks kekinian. Ini bukan berarti mengubah Islam secara keseluruhan. Ada yang prinsip-prinsip Islam bersifat tetap (tsawabit) dan ada juga yang berubah (mutaghoyyirat).

Perubahan itu sesuatu yang dimungkinkan dalam konteks zaman yang berubah. Islam sesungguhnya adalah agama yang dinamis. Selama berabad-abad Islam membeku sebagai agama yang membawa perubahan. Kini kerangkeng anti perubahan itu harus diputus. Islam harus menjadi kekuatan yang mendinamisasi dunia. Islam harus menjadi inspirasi dunia. Islam sesungguhnya mengandung semangat perubahan. Umat Islam harus berevelosi menuju keadaan yang lebih baik.

Kadang perubahan itu menyakitkan. Perubahan butuh proses yang tidak instan. Reformasi Islam telah dilakukan sejak zaman Muhammad Abduh pada akhir abad ke-19. Muhammad Abduh mencoba melakuka refomasi pendidikan di Universitas Al-Azhar di mana ia sempat menjadi rektornya. Abduh berusaha berfokus pada pendidikan yang menurutnya salah-satu bidang kejumudan umat. Pada masa itu umat Islam telah meninggalkan ilmu pengetahuan dan lebih berfokus pendidikan agama. Ketertinggalan Islam dari Barat sebenarnya diakibatkan kesalahan umat Islam sendiri yang tidak melakukan pemikiran ulang  terhadap ajaran Islam. Ajaran Islam yang kita kenal sekarang ini merupakan produk abad pertengahan. Reformasi pemikiran Islam mutlak harus dilakukan. Umat Islam harus mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi Barat tanpa harus menjadi Barat. Umat Islam harus memperbaiki pemahamanya tentang dunia yang sangat dinamis. Penemuan teknologi baru menyebabkan perubahan sosial yang harus segera ditanggulangi. Munculnya mesin uap, jam, mesiu, telegraf, telpon, dan sebagainya menyebabkan perubahan sosial yang masif.

Perubahan ini berakibat pula pada perubahan tata nilai sebuah masyarakat, termasuk agama. Agama dituntut untuk memberi jawaban atau solusi atas berbagai permasalahan dunia modern. Sesungguhnya kepercayaan terhadap agama merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari benak seorang manusia. Agama memberikan sesuatu yang bersifat transenden. Agama mengajarkan manusia tentang kehidupan setelah kematian. Hidup di dunia bukan sesuatu yang final.

Masa depan umat Islam sampai saat ini belum bisa prediksi. Umat Islam masih seperti buih di lautan. Banyak tapi terombang-ambing oleh gelombang laut.  Umat Islam harus memperbaiki diri dan tetap optimis terhadap masa depan. Allah sendiri berfirman di dalam Alquran bahwa Dia tidak akan mengubah satu kaum sebelum mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka. Insya Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun