Mohon tunggu...
endang artiati suhesti
endang artiati suhesti Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang wanita yang selalu menata hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rumah Menulis

27 Oktober 2017   12:17 Diperbarui: 27 Oktober 2017   12:30 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertengahan tahun 2011, sebuah rumah dengan ukuran 8 x 9 meter berhasil kumiliki. Rumah yang tidak terlalu luas, tapi bagiku representatif untuk 'bersembunyi' dari hiruk pikuk keramaian. Dengan kebun di samping rumah yang tidak terlihat dari depan rumah menambah tempat persembunyian ku dari keramaian orang-orang di luar.

Ya betul sekali. Aku membeli rumah ini salah satunya untuk tempat aku menulis.

Tapi ternyata tidak semudah angan angan saya. Ketika aku harus menjadi seorang ibu dan seorang isteri.. Wooooowwwwww langsung aku kandas angan angan ku.

Setelah bisa menyelesaikan dua tahun menyusui anak, walau tidak bisa secara ekslusif. Aku kembali menyusun angan angan ku.

Ya angan angan menulis buku aku anggap sebagai janjiku. Memang betul sekali, mengucapkan janji tidak semudah mewujudkan nya.

Serpihan angan angan sebenarnya telah terwujud dalam tulisan artikel.

Ada seorang temanku yang masih setia untuk menanyakan. "Mbak mau ngirim cakrawala tidak". Dan itu aku apresiasi betul.aku coba untuk tidak mengecewakan nya. Saat ia bertanya, saat itu juga aku berusaha untuk menjawab " iya" dan siap kirim artikel dengan waktu yang tak lama.

"aku harus memenuhi permintaannya" itulah yang selalu memenuhi otakku.Alhasil itu menjadi kebiasaan.. Kalau ditanya langsung aku kerjakan.

Memasuki tahun 2015 aku bemenulis.da membuat project menulis buku. "Harus jadi sebab aku ingin membuktikan kemampuan ku.

Mencari bahan...menganalisa...membangun semangat terus aku lakukan dan pada akhirnya siap menulis. Dengan bahan bahan yang sudah ada mempermudah aku untuk membuat naskah buku.

tiga bulan bergelut untuk menyelesaikan naskah. Dengan izin Allah naskah jadi.

Berbekal pengalaman menerbitkan buku " Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap?" Aku menjadi mencoba kembali mengajak untuk kerja sama.

Mingguan bahkan bulan tak jua dapet balasan.lolos atau tidak. Sempe down,karena bagiku walau naskah buku sudah jadi tapi kalau Belum lolos terbit belumlah memenuhi angan angan ku.

Jawaban finish aku terima, naskah tidak bisa diterbitkan karena mereka kesulitan dalam pemasaran.. Oh my God.. Sempat kaget karena tidak semulus penerbitan buku "Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap".

Aku coba ke penerbit lain. Alhamdulillah nya zaman udah canggih.. Via email membuat kemudahan. Karena tidak perlu datang langsung ke penerbit nya. Jawaban tidak perlu nunggu bulan. Langsung dijawab naskah tidak lolos penilaian.

Coba lagi dengan. Memilih penerbit lain..jawaban juga tidak segera aku dapatkan

Tapi setelah mendapatkan jawaban.aku serasa dapet kesempatan. Karena isinya bukan menolak. Tapi hanya mengkritik bahasa yang aku gunakan dan perlu foto

Kesempatan itu tidak aku buang.aku bilang kasih aku waktu untuk merevisi dan abdrakadabra...naskah jadi..justru malah lebih berisi karena isi naskah aku praktikkan dalam pembelajaran.. Jadi malahdibutuhkan..r efek yang terjadi.bukan hanya teori..tapi sudah praktik.

Kirim lagi revisinya daaaaaaaan yang ditunggu.. Jawaban diterima dan lolos...

Alhamdulillah..

Dengan waktu yang juga tidak sebentar karena harus pakai proses edit sampai lebih dari satu..dan kirim balik ubo rampe yang dibutuhkan. Akhirnya angan angan itu terwujud di penghujung tahun 2017. Buku kedua dengan judul " 77 games berkarakter dalam bimbingan dan konseling " yang benar benar di tulis di rumah menulis..Tabik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun