Mohon tunggu...
Arther Efflin
Arther Efflin Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Writing about social issues. ✍️

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengkaji Ulang Pandangan Nietzsche dalam Do Androids Dream of Electric Sheep?

11 Januari 2025   04:25 Diperbarui: 11 Januari 2025   06:43 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Untuk mengaplikasikannya menjadi sebuah kalimat, artinya diperbolehkan jika mengubah rumus tersebut menjadi kalimat: 

Altruisme adalah ketika melakukan tindakan altruistik. 

Kata "tindakan" berfungsi sebagai "kata benda" yang kemudian "altruistik" ialah atributnya.

Tindakan altruistik yang mendasari utilitarianisme dapat dilihat sebagai upaya untuk memaksakan tatanan yang terorganisasi pada dunia yang penuh dengan potensi kekacauan, dengan mengorbankan individualitas dan kebebasan yang menjadi ciri utama eksistensialisme. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa utilitarianisme memang berperan dalam mengontrol dunia agar tidak terjadi kekacauan akibat eksistensialisme.

Nietzsche sendiri, meskipun kritis terhadap moralitas yang didasarkan pada altruisme, tidak memungkiri bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mencari tatanan dalam kehidupan. Utilitarianisme, yang mendasarkan kebijakannya pada nilai-nilai kolektif, mengarahkan masyarakat pada pemikiran praktis di mana tindakan individu diukur berdasarkan manfaatnya bagi kelompok yang lebih besar. Dalam pemikiran Nietzsche, ini bisa dilihat sebagai bentuk "moralitas budak"—sebuah upaya untuk menekan will to power individu demi memprioritaskan stabilitas sosial. Altruistik dalam utilitarianisme, oleh karena itu, berfungsi untuk menjaga dunia dari potensi destruktif eksistensialisme yang merayakan kebebasan mutlak dan pemberontakan terhadap norma.

Eksistensialisme, terutama dalam bentuknya yang radikal, menekankan kebebasan individu untuk menciptakan nilai-nilainya sendiri tanpa terikat oleh aturan yang telah ada. Dari perspektif Nietzsche, ini adalah langkah menuju Übermensch—manusia yang melampaui batas-batas moralitas tradisional dan menciptakan dunianya sendiri. Namun, kebebasan semacam ini, jika tidak dikontrol, dapat menciptakan kekacauan dalam tatanan sosial, yang sering kali diatur oleh nilai-nilai utilitarian. Dalam konteks ini, utilitarianisme berfungsi sebagai rem yang membatasi potensi destruktif dari kebebasan individu dengan menuntut pengorbanan diri untuk kesejahteraan kolektif.

Tindakan altruistik dalam utilitarianisme, meskipun terlihat sebagai bentuk pengorbanan individual, sebenarnya adalah mekanisme kontrol yang menanamkan nilai stabilitas dalam masyarakat. Nietzsche mungkin melihat ini sebagai bentuk perlawanan terhadap will to power, tetapi pada saat yang sama, ia tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa masyarakat membutuhkan tatanan agar tidak jatuh ke dalam anarki. Utilitarianisme, dengan mendorong tindakan yang bermanfaat secara kolektif, menciptakan struktur yang menekan potensi chaos akibat pemberontakan eksistensial terhadap norma yang mapan.

Dalam novel Do Androids Dream of Electric Sheep? prinsip utilitarianisme tampak jelas dalam penciptaan android dan hewan elektrik yang bertujuan untuk menggantikan fungsi-fungsi alami yang hilang akibat perang nuklir. Keberadaan android sebagai "alat" yang melayani manusia adalah manifestasi dari tindakan altruistik yang dirancang untuk menjaga kelangsungan hidup dan keseimbangan sosial. Android yang mulai menunjukkan keinginan untuk bebas mencerminkan ketegangan antara kontrol utilitarian dan kebebasan eksistensial. Dalam hal ini, utilitarianisme berperan untuk memastikan bahwa dunia tidak jatuh ke dalam kekacauan dengan menekankan pentingnya manfaat kolektif dibandingkan kebebasan individual android.

Akhirnya pemahaman inilah yang membentuk Nietzsche untuk berpikiran bahwa walau utilitarianisme mungkin membatasi potensi individu untuk melampaui nilai-nilai tradisional, ia punya peran agar punya sistem kontrol dunia terhadap kekacauan yang disebabkan oleh eksistensialisme. Tindakan altruistik diusung oleh utilitarianisme adalah stabilitas guna menciptakan dunia yang dianggap sempurna (bahagia), bahkan jika itu berarti mengorbankan kebebasan individu. 

KIAN,

Sejauh ini kesimpulan saya tetap sama. Meskipun saya tak bisa memberikan saran terhadap masalah ini selain ... mengikuti aturan yang berlaku. Anggap saja itu sudah bentuk paling "sempurna" dari penyelesaian masalah antara pihak "pembangkang" atau "penjilat". Saya lebih setuju untuk menyebut bahwa utilitarianisme sebenernya justru dapat menjadi solusi. Kelemahannya cuma satu. Android dibikin seperti tidak dihormati di sini. Maka yang perlu dilakukan ialah mengkaji ulang antara hak dan kewajiban, supaya semuanya sama rata. Jika benar android memang termasuk ke dalam subjek hukum itu sendiri, diperjualbelikan, diperdagangkan, lantas dianggap "sah" dapat dideteksi oleh skala kuantitatif, juga ada yang bilang bahwa android digunakan untuk memakmurkan pasca kehancuran, saya justru akan bertanya mengapa tidak ada aturan yang melindunginya?

Hanya saja karena tokoh Rick yang dijauhi, terkesan utilitarianisme adalah penghambat keinginan manusia (tentu karena ia ingin membuat batasan tersebut kabur; sebab ia mempertanyakannya sendiri sepulang dari Mars). Saya ingin berikan "kesan" yang agak judgemental bahwa Rick itu hampir sama dengan tokoh pujaan remaja. Sebelas dua belas sama antagonis yang akan diberi label "anti-villain"  senyampang menggrosir kata "Hak Asasi Manusia" di setiap langkahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun