Mohon tunggu...
Arther Efflin
Arther Efflin Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Writing about social issues. ✍️

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengkaji Ulang Pandangan Nietzsche dalam Do Androids Dream of Electric Sheep?

11 Januari 2025   04:25 Diperbarui: 11 Januari 2025   06:43 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, meskipun Nietzsche mengkritik moralitas tradisional yang mendasari humanisme, ia tidak sepenuhnya menolak esensi dari kebebasan dan pencarian makna dalam hidup yang juga dijunjung tinggi oleh eksistensialisme. Humanisme mengakui kebebasan manusia untuk menentukan takdirnya, tetapi seringkali terjebak dalam kerangka moralitas yang baku dan universal, sedangkan eksistensialisme, seperti yang dijelaskan oleh Sartre, memberi kebebasan total bagi individu untuk menciptakan dirinya sendiri, tanpa terikat oleh aturan moral atau sosial yang sudah ada.

Nietzsche, lebih lanjut, menyatakan bahwa kebebasan sejati bukanlah kebebasan untuk mengikuti prinsip (jamak) yang diterima begitu saja oleh masyarakat, melainkan kebebasan untuk menanggalkan beban moralitas tersebut dan mengukir jalan hidup sendiri berdasarkan kehendak yang bebas. Inilah yang menjadi titik temu antara eksistensialisme dan Nietzsche, meskipun humanisme melihatnya lebih sebagai pembebasan dalam konteks moral yang sudah diterima oleh masyarakat.

Pada akhirnya, kedua pandangan ini, meski berbeda dalam kerangka etika dan moral, sebenarnya bisa berdampingan dalam satu kesadaran bahwa manusia, sebagai makhluk bebas, memiliki potensi tak terbatas untuk menemukan dan menciptakan makna hidupnya sendiri. Eksistensialisme lebih menekankan pada pencarian individual yang otentik, sementara humanisme mungkin memberikan konteks sosial dan moral di mana pencarian itu terjadi. Tetapi, dalam pemikiran Nietzsche, justru pencarian yang otentik itu lah yang mendobrak aturan yang ada dan membangun nilai-nilai baru yang lebih tinggi, yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai yang dijunjung oleh humanisme.

Dalam hal ini, eksistensialisme tidak menentang humanisme, tetapi lebih melanjutkan pandangan humanis dalam bentuk yang lebih radikal dan bebas dari belenggu nilai-nilai konvensional. Namun, dari perspektif Nietzsche, humanisme bisa menjadi penghalang bagi pengembangan individu, jika manusia terjebak dalam nilai-nilai moral yang statis dan tidak pernah melampaui mereka untuk menciptakan nilai-nilai baru yang lebih tinggi.

Lantaran demikian, akankah dapat dikatakan bahwa eksistensialisme ialah sesuatu yang baik? Karena melalui eksistensialisme dapat mendukung humanisme dalam novel Do Androids Dream of Electric Sheep? Faktanya, TIDAK.

Sebenarnya hal ini telah jelas diungkapkan melalui android atau mesin yang tersebar. Lalu di samping itu, ada "tuan" yang mengontrol. Setelah perang yang menciptakan radiasi, dibuatlah seolah dunia tak boleh ada kekacauan melalui kecerdasan buatan. Sama halnya dengan konsep utama utilitarianisme. Yakni, 

INPUT - PROSES - OUTPUT. 

Dalam hal ini, inputnya berupa kekacauan, prosesnya ialah gathering (ada yang menetap di Mars, ada juga yang memilih kembali ke Bumi). Lalu sebagai output dari "kekacauan" yang sebelumnya belum tuntas, maka Rosen Association membuat robot yang menyerupai manusia agar "kehancuran" akibat perang terminus bisa dibenahi kembali. Atau di samping itu, ialah untuk memenuhi kebutuhan manusia. 

Lalu pasti akan muncul lagi pertanyaan, yang sebenarnya berulang ditanyakan dalam novel. Penulis memang sengaja agar pembaca bingung. Tetapi saya akan menentang kembali. 

Robot, mesin dan, android diciptakan serupa dengan wujud manusia dengan keinginan untuk bebas. Juga menampilkan jawaban serupa dengan ekspresi manusia. Lalu apa yang membedakan manusia dengan kecerdasan buatan tersebut?

Pertanyaan tersebut sungguh retoris dan praktis untuk dijawab. Maka itu saya menggunakan 3 pandangan. Yang di antara duanya memang berhubungan. Lalu yang di satunya lagi, ialah pembanding agar nampak perbedaan. Eksistensialisme itu didukung humanisme. Utilitarianisme? Akan menghambat keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun