Mohon tunggu...
artha senna
artha senna Mohon Tunggu... Editor - Editor

Suka bepergian. Editor lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Replika Benda-benda Kuno Alkitab di Museum LAI

14 November 2023   10:29 Diperbarui: 14 November 2023   11:02 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Replika 2 loh batu (Dokpri)

Senin (13/11) siang saya berkunjung ke gedung Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) di Jl Salemba, Jakarta Pusat.  Setelah urusan selesai di lantai 5, saya diajak turing ke beberapa lantai di gedung itu. Salah satu yang paling berkesan bagi saya adalah Museum LAI di lantai 2. Ini museum aneka jenis Alkitab mulai dari sejarah hingga Alkitab yang sudah diterjemahkan dalam beberapa daerah di Indonesia.

Saya dibawa oleh Pdt.Anwar Tjen, pakar biblika yang tahu betul bukan hanya teks tapi juga sejumlah artefak-artefak yang replikanya ada di museum itu.

"Ya tidak semua memang replika itu ada di sini, tapi paling tidak beberapa replikanya dapat menuntun kita untuk lebih membayangkan dan kemudian memahami ketika membaca kisah-kisah dalam Alkitab. Contohnya kuk ini," katanya sambil menunjukan replika kuk.

Mengutip Wikipedia, Kuk atau Yoke ( dalam bahasa Inggris) adalah palang kayu dengan jepitan vertikal yang memisahkan kedua binatang penarik sehingga bersama-sama dapat menarik beban berat. Dalam Alkitab, kuk dipakai untuk menggambarkan sebuah kesukaran hidup sebuah bangsa atau ketaatan paksa. Injil Matius 11 ayat 29-30, menyebut : "Pikullah Kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." 

Maka saya mengamati kuk itu selama beberapa menit, sambil pikiran saya menerawang. Berat memang kuk itu jika diletakan di leher, tapi skrip dalam Injil Matius melegakan.

Saya lanjut menelusuri museum itu. Dan melihat replika 2 loh batu berisi 10 perintah yang dipegang Musa. Mirip tapi dengan di zaman sekarang tapi ujungnya setengah lingkaran dengan tulisan bahasa Ibrani. Tentu saja menarik melihat replika itu. Saat berhenti sejenak di 2 loh batu itu. Sambil membaca keterangan yang tertulis di dalamnya.

Yang tak kalah serunya ketika melihat replika mahkota duri yang dikenakan di kepala Kristus saat disalib dan cambuk dengan ujungnya terdapat bola-bola kecil berduri yang digunakan untuk mensesah. Ngeri membayangkan. Saya juga berhenti beberapa saat di replika ini sambil membaca keterangan yang tertera.

Mahkota duri dan cambuk (Dokpri)
Mahkota duri dan cambuk (Dokpri)
 

Setelah puas melihat-lihat sejumlah replika, saya juga melihat Alkitab yang diterjemahkan dari bahasa asli, ke Inggris, ke Melayu hingga ke bahasa Indonesia. Proses penterjemahan inilah yang digeluti LAI sejak lembaga ini berdiri tahun 1954 sesuai aktanya meski lembaga ini sudah diterima sebagai lembaga Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies) tahun 1952.

Pdt.Anwar Tjen yang telah melayani selama lebih dari 30 tahun di lembaga itu juga bercerita bahwa dulu alat penterjemahan masih mengunakan mesin tik dan kertas-kertas per kalimat untuk diketik. Saya membayangkan proses ini sangat memakan waktu dan sangat berhati-hati sehingga terjemahannya tidak salah. Mesin tik dan beberapa kertas per kalimat masih dipajang baik di museum itu sehingga pengunjung bisa membayangkan proses penterjemahan yang dilakukan.

Mesin tik dan kertas-kertas berisi kalimat-kalimat yang diterjemahkan (Dokpri)
Mesin tik dan kertas-kertas berisi kalimat-kalimat yang diterjemahkan (Dokpri)

"Sebenarnya saat itu kertas-kertas seperti itu banyak, tapi sayang karena tidak diperhatikan dengan baik dan saat gedung ini direnov sehingga sedikit yang bisa terselamatkan," katanya sambil menunjukan mesin tik yang dipajang.

Sejarah penerbitan Alkitab oleh LAI memang menjadi sejarah panjang keberadaan Alkitab di Indonesia ini. Di museum itu juga dipajang Alkitab terkecil versi King James yang diterbitkan di London tahun 1839 yang untuk melihatnya diperlukan kaca pembesar. 

Alkitab terkecil 
Alkitab terkecil 

Setelah puas di lantai 2 saya ke perpustakan dan melihat sejumlah rak-rak buku koleksi yang ada serta juga Alkitab-alkitab yang dari berbagai bahasa di Indonesia dan juga dari luar negeri. Betah saya berlama-lama di tempat itu. Menurut staf di lantai itu, pengunjung umum bisa datang setiap hari (Senin-Sabtu) dengan membayar kontribusi ke museum sebesar 5000 rupiah untuk sekali masuk. Sedang untuk perpustakaan dan toko buku bisa juga menjadi anggotanya sehingga mendapat keuntungan yang diberikan.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun