"Sebenarnya saat itu kertas-kertas seperti itu banyak, tapi sayang karena tidak diperhatikan dengan baik dan saat gedung ini direnov sehingga sedikit yang bisa terselamatkan," katanya sambil menunjukan mesin tik yang dipajang.
Sejarah penerbitan Alkitab oleh LAI memang menjadi sejarah panjang keberadaan Alkitab di Indonesia ini. Di museum itu juga dipajang Alkitab terkecil versi King James yang diterbitkan di London tahun 1839 yang untuk melihatnya diperlukan kaca pembesar.Â
Setelah puas di lantai 2 saya ke perpustakan dan melihat sejumlah rak-rak buku koleksi yang ada serta juga Alkitab-alkitab yang dari berbagai bahasa di Indonesia dan juga dari luar negeri. Betah saya berlama-lama di tempat itu. Menurut staf di lantai itu, pengunjung umum bisa datang setiap hari (Senin-Sabtu) dengan membayar kontribusi ke museum sebesar 5000 rupiah untuk sekali masuk. Sedang untuk perpustakaan dan toko buku bisa juga menjadi anggotanya sehingga mendapat keuntungan yang diberikan. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H