Kuliner merupakan salah satu sektor di ekonomi kreatif yang banyak berperan penting untuk mendukung pergerakan ekonomi kreatif Indonesia. Sektor kuliner ini sebenarnya sudah lama menorehkan jejaknya di Indonesia. Namun, sebagian masyarakat hanya tahu untuk mengkonsumsi dan memasarkannya secara kecil-kecilan.
Kuliner bisa menjadi identitas suatu suku, kota, bahkan bangsa. Kuliner tidak hanya berbicara tentang makanan, bahan-bahan atau rempah-rempah yang digunakan, serta cara memasaknya, ini juga meliputi pemasaran produk khas daerah tersebut ke Indonesia maupun luar negeri.
Dalam perjalanannya, kuliner Indonesia sedikit demi sedikit mulai dikenal oleh masyarakat mancanegara. Pengenalan tentang kuliner khas Indonesia sedang banyak digalakan oleh pemerintah di berbagai negara di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya. Cara yang digunakan pemerintah Indonesia pun juga beragam, dengan mengadakan demo masak, festival kuliner nusantara hingga mengadakan kompetisi memasak makanan tradisional.
Semenjak pemerintah membentuk secara khusus lembaga Non Kementrian Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Indonesia pada 20 januari 2015. Perkembangan ekonomi kreatif mengalami peningkatan sedikit demi sedikit. Badan yang bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia ini bertugas membantu presiden dalam merumuskan, menetapkan, mengkordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting dalam mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Ekonomi ini digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, yaitu sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar.
Sebagai salah satu sektor yang menjadi pendukung utama di ekonomi kreatif, kuliner juga merupakan salah satu ciri khas Indonesia. Hal ini yang dijadikan oleh pemerintah sebagai bidang yang harus terus di kembangkan dari waktu ke waktu. Salah satunya adalah menggabungkan aspek kuliner dengan pariwisata di Indonesia.
Saat ini wisata kuliner bukan fenomena sesaat namun telah menjadi daya tarik dan tujuan utama berwisata ke suatu destinasi. Wisata kuliner juga diyakini mampu menjadi unsur utama yang berfungsi sebagai perekat terhadap rangkaian berwisata, mengingat kepariwisataan merupakan sektor yang multi-atribut dan prospektif sebagai pintu gerbang sekaligus citra pariwisata Indonesia,
Penelitian menunjukkan bahwa wisatawan menghabiskan hampir 40% dari anggaran mereka pada makanan saat bepergian (boyne, williams, & hall). ini dikarenakan setiap pengunjung atau wisatawan baik dari luar Indonesia maupun masyarakat Lokal selalu mencari makanan khas daerah yang dikunjungi untuk dicoba dan merasakannya.
Di Indonesia selain keindahan objek-objek wisatanya, para pengunjung juga bisa mencari dan menikmati makanan khas yang menonjol di setiap daerah. Kita sebut saja Jakarta dengan Kerak Telor, Yogya dengan Gudeknya yang khas, Palembang dengan Mpek-Mpek ataupun Padang dengan Nasi Padang serta Rendangnya dan yang lainnya.
Banyak program pemerintah yang berusaha untuk memperkenalkan makanan khas Indonesia di mancanegara. Salah satunya yang baru saja dilaksanakan adalah “Festival Colorful Indonesia” yang berlangsung di Pavillon Dauphine Paris, Prancis pada tanggal 14 hingga 16 oktober 2016 yang lalu. Dalam acara tersebut terlihat keantusiasan para duta-duta besar dari berbagai negara serta masyarakat paris yang hadir. Mereka sangat mengapresiasi makanan Indonesia dan mengatakan bahwa makanan Indonesia sangatlah lezat dan memiliki cita rasa yang unik.
Negara Produsen Teh Terbesar pada Tahun 2014:
1. Cina
1,980,000
2. India
1,184,800
3. Kenia
445,105
4. Sri Lanka
338,032
7. Indonesia
132,000
dalam ton metrik
Sumber: Statista
ARAFA TEA
Salah satu pelaku usaha yang mengolah komoditas teh menjadi berbagai varian penganan adalah Ifah Syarifah. Ia membuat usaha dalam bidang teh terkhusus untuk teh hijau atau Green Tea. Dia merintis bisnis yang diberi nama Arafa Tea bersama adiknya Evi Amalia sejak 2007. Berkat kegigihan dan kerja keras, mereka bisa meraup omzet Rp350 juta—Rp400 juta per bulandari bisnis olahan green tea ini.
Produk produk Arafa Tea juga sudah banyak dikenal di masyarakat. Bisnis asal bandung ini telah memproduksi berbagai macam olah yang berbahan dasar teh. Mulai dari teh, bubuk teh, makanan hingga kosmetik.
Ada juga beberapa produk mereka yang unik dan menarik. Setelah berhasil merilis minuman instan serta cokelat yang berbahan dasar Green Tea, kakak beradik asal Bandung, Jawa Barat ini mencoba sesuatu yang baru. Mereka mencampur opak ketan dan cokelat green tea ditaburi dengan salah satu jenis teh Jepang yang bernama genmaicha.
Ifah dan Evi terus menambah kapasitas produksi seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen. Jika dulu mereka hanya memproduksi dalam jumlah minim, kini mereka bisa menghasilkan 120 kilogram cokelat, 5.000 keping opak, dan 60 kilogram daun teh kering setiap minggu. Ifah dan Evi dibantu oleh 15 orang pekerja.
Setelah sukses penjualan opak di daerah Bandung, rumah usaha Arafatea punmenjualnya ke berbagai daerah di Indonesia. Bahkan opak sudah diekspor keberbagai negara seperti Malaysia, Jepang, Belanda, dan negara lainnya.
Potensi Indonesia masih sangat besar untuk dijelajah dan dipamerkan pada dunia. Khusus bidang kuliner, makanan merupakan sebuah bahasa universal yang dimengerti seluruh masyarakat dunia. Pengalaman-pengalaman serta image-image yang telah terbentuk di mancanegara Ini bisa menjadi sarana bagi para pembisnis baru memperlebar usaha kulinernya agar dikenal oleh mancanegara dan dikonsumsi oleh seluruh masyarakat.
Bekraf juga mendukung penuh upaya sektor kuliner untuk bisa makin dikenal di kancah internasional. Selain menyediakan fasilitas seperti pelatihan bisnis, akses permodalan, dan pendampingan pendirian usaha, juga berpartisipasi aktif mempromosikan kuliner Indonesia yang sangat beragam untuk terus menjangkau di dalam dan luar negeri.
Sumber data:
http://www.bekraf.go.id/profil
http://www.arafatea.com/index.html