Mohon tunggu...
Arta Yenta Harefa
Arta Yenta Harefa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana/ NIM (43223010204)

Mahasiswa Sarjana S1-Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Kuis 15 - Kemampuan Memimpin Diri Dan Upaya Pencegahan Korupsi, Dan Etik: Keteladanan Mahatma Gandhi

22 Desember 2024   16:13 Diperbarui: 22 Desember 2024   16:13 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Korupsi merupakan salah satu permasalahan utama yang menghambat kemajuan suatu negara. Tindakan korupsi tidak hanya merugikan perekonomian negara, tetapi juga merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah dan lembaga-lembaga negara. Untuk mengatasi masalah ini, banyak pendekatan yang dapat dilakukan, dan salah satu yang relevan adalah menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Mahatma Gandhi. Prinsip-prinsip Gandhi, seperti Satya (kebenaran), Ahimsa (non-kekerasan), kesederhanaan, dan pelayanan kepada masyarakat, memiliki potensi besar dalam membangun budaya yang menanggulangi korupsi.

Prinsip Satya atau kebenaran adalah inti dari filosofi Gandhi yang mengajarkan untuk selalu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran, meskipun itu sulit. Dalam konteks pencegahan korupsi, penerapan prinsip kebenaran berarti bahwa individu dan pejabat publik harus berkomitmen untuk jujur dan transparan dalam semua tindakan dan keputusan mereka. Mengedepankan kebenaran tidak hanya berarti menghindari kebohongan, tetapi juga mendorong pembenahan sistem agar transparan dan akuntabel. Bagi para pemimpin, prinsip ini menjadi pendorong untuk tidak menyembunyikan informasi atau menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan berpegang teguh pada kebenaran, kebijakan yang korup dapat segera terungkap dan digantikan dengan yang lebih adil dan transparan.

Prinsip Ahimsa atau non-kekerasan juga sangat relevan dalam upaya pencegahan korupsi. Korupsi sering kali terjadi ketika individu atau kelompok merasa memiliki kekuasaan yang tidak terkendali dan menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi. Gandhi mengajarkan bahwa kekuasaan harus digunakan dengan bijaksana dan untuk kebaikan bersama. Dalam hal ini, Ahimsa mengingatkan kita untuk tidak menggunakan kekerasan, baik secara fisik maupun emosional, terhadap orang lain dalam mencari keuntungan pribadi. Menghindari penyalahgunaan kekuasaan yang merugikan orang lain adalah bagian dari pencegahan korupsi. Dalam praktiknya, prinsip ini dapat diterapkan dengan menegakkan integritas, menghindari suap, dan tidak membiarkan tekanan politik atau ekonomi mempengaruhi keputusan yang menguntungkan diri sendiri atau kelompok.

Gandhi sangat menekankan pentingnya hidup sederhana dan menghindari materialisme yang berlebihan. Dalam konteks korupsi, prinsip kesederhanaan mengajarkan bahwa seseorang harus menghindari godaan untuk mengejar kekayaan atau kemewahan secara tidak sah. Keserakahan dan ambisi pribadi sering kali menjadi pendorong utama tindakan korupsi. Jika individu dan pejabat publik dapat menumbuhkan kesadaran untuk hidup dengan sederhana dan mengutamakan kebutuhan sosial daripada keinginan pribadi, maka dorongan untuk melakukan korupsi akan berkurang. Kesederhanaan ini juga harus diterapkan dalam kebijakan pemerintahan, dengan mengutamakan pelayanan publik yang tidak terdistorsi oleh kepentingan pribadi.

Gandhi mengajarkan bahwa hidup harus didedikasikan untuk melayani orang lain, terutama yang paling membutuhkan. Dalam hal pencegahan korupsi, prinsip ini mengarah pada pelayanan publik yang transparan dan akuntabel. Pejabat publik dan birokrat seharusnya bekerja untuk kesejahteraan masyarakat, bukan untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu. Membangun budaya pelayanan yang jujur, adil, dan berorientasi pada masyarakat akan mengurangi peluang terjadinya korupsi. Pengawasan yang ketat, partisipasi aktif masyarakat, dan kebijakan yang mendukung transparansi adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa pelayanan publik bebas dari praktik korupsi.

Gandhi selalu menegaskan pentingnya keteguhan hati dalam mempertahankan prinsip, meskipun menghadapi tekanan atau kesulitan. Dalam upaya pencegahan korupsi, keteguhan hati ini sangat diperlukan. Para pemimpin dan individu yang berkomitmen untuk melawan korupsi harus memiliki keberanian untuk bertindak sesuai dengan prinsip, bahkan jika itu berarti menghadapi risiko atau tantangan. Keteguhan hati dalam menegakkan kebenaran dan keadilan akan menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak yang sama dan menciptakan budaya anti-korupsi yang lebih kuat.

Bebearapa Qoutes yang Terkenal dari Mahatma Gandhi, yaitu:

  • "Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever." 

"Hiduplah seolah-olah kamu akan mati besok. Belajarlah seolah-olah Anda akan hidup selamanya."

  • "Where there is love there is life."

"Di mana ada cinta di situ ada kehidupan."

  • "Hate the sin, love the sinner." 

"Benci dosa, cintai pendosa."

  • "Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony."

 "Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony." 

Kesimpulan

Menerapkan prinsip Mahatma Gandhi dalam kehidupan sehari-hari membantu membangun karakter yang kuat, menciptakan hubungan yang harmonis, dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Nilai-nilai ini tidak hanya relevan untuk menghadapi tantangan pribadi, tetapi juga untuk menjawab permasalahan global, menjadikan kehidupan lebih bermakna, dan menciptakan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang. 

Penerapan prinsip-prinsip Gandhi dalam pencegahan korupsi dapat memberikan dampak yang signifikan, baik dalam membentuk karakter individu maupun dalam membangun sistem sosial yang adil dan transparan. Dengan mengedepankan kebenaran, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, mengutamakan kesederhanaan, dan mengabdikan diri untuk melayani masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang minim korupsi dan penuh dengan integritas. Keteguhan hati dan komitmen terhadap prinsip-prinsip ini akan memastikan bahwa pencegahan korupsi tidak hanya menjadi teori, tetapi juga praktik nyata yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Referensi

1) Wikipedia.(19 Agustus 2024). Mahatma Gandhi

(https://id.wikipedia.org/wiki/Mahatma_Gandhi)

2) Parel, A. J. (1997). Hind Swaraj and Other Writings. Cambridge University Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun