Mohon tunggu...
Arta Yenta Harefa
Arta Yenta Harefa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana/ NIM (43223010204)

Mahasiswa Sarjana S1-Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

TB-2 Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

29 November 2024   06:29 Diperbarui: 29 November 2024   23:22 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4) Sa-benere (sebenarnya)

SA ini mengajarkan kita untuk bertindak sesuai dengan kebenaran dan kejujuran. Hal ini penting untuk menjaga integritas dan ketenangan hati karena tidak ada beban dari kebohongan atau ketidakjujuran. Sehingga akan merasa lebih aman jiwa dan batin kita.

5) Sa-mestine (semestinya)

ini berarti menjalankan sesuatu sesuai dengan aturan atau kodrat alam. Hal ini mengajarkan kita sebagai manusia untuk bertindak sesuai norma dan kaidah yang berlaku, untuk menjaga keharmonisan hidup. 

6) Sa-penake (seenaknya)

SA ini mengandung arti menjalani hidup dengan santai dan tanpa tekanan, namun harus tetap bertanggung jawab. Ini mengajarkan kita tentang  keseimbangan antara bekerja keras dan menikmati hidup. Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya mengenali emosi yang muncul dalam diri, menghadapinya tanpa penolakan atau keterikatan, sehingga tidak menjadi sumber penderitaan. Contoh, saat marah, kita perlu menyadari emosi itu tanpa segera bereaksi negatif, seperti berteriak atau memaki.

NEM- SA ini merupakan prinsip hidup sederhana yang mengajak manusia untuk hidup dengan wajar, tidak berlebihan, dan selalu menjaga keseimbangan antara kebutuhan, kejujuran, dan kenyamanan. Ajaran ini sangat relevan untuk kehidupan sehari-hari dalam mencapai kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupan jaman ini. Dengan memahami dan menerapkan 6 SA, seseorang dapat mencapai ketenangan batin dan kebahagiaan sejati. 

Dalam kehidupan, kita diajak untuk lebih banyak bersikap tenang dan memahami bahwa peristiwa di luar sering kali tidak bisa kita kendalikan, akan tetapi bagaimana respons terhadapnya dapat kita atur sendiri. Contoh, saat menghadapi kegagalan, kita harus belajar menerimanya dan menganggap kegagalan itu sebagai bagian dari proses hidup.

Dalam penerapannya dalam upaya pencegahan korupsi dan transformasi, 6 SA menurut Ki Ageng Suryomentaram memiliki relevansi yang signifikan dalam pencegahan korupsi dan transformasi karakter individu maupun organisasi. Misalnya:

  • Prinsip ini mendorong individu untuk tidak serakah atau mengambil lebih dari apa yang dibutuhkan, misalnya dana masyarakat atau dana untuk fasilitas publik. Serta membangun budaya efisiensi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber daya.
  • Prinsip ini menegaskan pentingnya menggunakan dana atau wewenang hanya untuk keperluan yang benar-benar relevan dan sesuai tujuan, sehingga menciptakan pola kerja yang fokus pada prioritas, menghindari pemborosan, dan mempercepat perubahan positif.
  • Prinsip ini juga sangat relevan dalam mencegah korupsi yaitu dengan menghilangkan keinginan untuk memperkaya diri secara ilegal, ini menumbuhkan budaya integritas dan mengurangi risiko perilaku menyimpang.
  • Sebagai landasan integritas pribadi yang menghindarkan individu dari kebohongan atau manipulasi, serta membangun kepercayaan dalam organisasi dan masyarakat melalui transparansi dan akuntabilitas.
  • Pencegahan korupsi sangat membutuhkan prinsip ini karena memastikan seseorang menjalankan tugas sesuai hukum dan etika.
  • Dalam transformasi, ini menanamkan disiplin dan memastikan semua tindakan berjalan selaras dengan visi perubahan.
  • Prinsip ini mengajarkan keseimbangan antara kebebasan bertindak dan tanggung jawab moral serta profesional, sehingga mencegah penyalahgunaan wewenang dan menanamkan rasa nyaman dalam perubahan sehingga resistensi terhadap inovasi berkurang.

Ajaran 6 SA ini tentu saja menjadi panduan moral untuk mencegah korupsi dan mendorong transformasi dengan menanamkan kesederhanaan, kejujuran, dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini yang akan mendorong perubahan dari tingkat individu hingga organisasi, menciptakan budaya yang lebih bersih, adil, dan harmonis. Integrasi ajaran ini ke dalam kebijakan publik dan pelatihan karakter dapat menjadi langkah efektif untuk membangun masyarakat antikorupsi dan progresif

Ajaran kebatinan Ki Ageng Suryomentaram menawarkan landasan filosofis dan psikologis untuk memimpin diri sendiri melalui introspeksi, pengelolaan emosi, dan pengembangan relasi sosial. Dengan menerapkannya, seseorang dapat menjadi pemimpin yang tidak hanya efektif tetapi juga memiliki harmoni batin. Transformasi diri melalui ajaran ini tidak hanya relevan untuk kehidupan individu tetapi juga dapat berkontribusi pada harmoni sosial.

Ki Ageng Suryomentaram, seorang filsuf Jawa yang hidup pada abad ke-20, merupakan salah satu tokoh yang memberikan kontribusi besar terhadap khazanah filsafat Nusantara. Melalui gagasan-gagasannya, ia berhasil menyederhanakan filosofi kehidupan yang kompleks menjadi sesuatu yang mudah dipahami, namun memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Salah satu konsep utama yang ia kembangkan adalah NEM-SA, yang memiliki arti mendalam tentang bagaimana manusia memahami diri sendiri, keseimbangan hidup, dan hakikat kebahagiaan sejati.

Konsep NEM-SA sendiri merupakan akronim dari dua kata, yaitu NEM yang berarti senang, dan SA yang berarti susah. Dalam konteks filsafat Ki Ageng Suryomentaram, NEM-SA adalah cara pandang tentang bagaimana manusia memahami pengalaman hidup, baik yang menyenangkan (NEM) maupun yang menyusahkan (SA). Konsep ini mengajarkan bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari kedua hal tersebut, dan kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai jika seseorang mampu menerima keduanya dengan bijak.

Menurut Ki Ageng Suryomentaram, manusia sering terjebak dalam keinginan untuk terus-menerus meraih kesenangan dan menghindari kesusahan. Hal ini tentu saja akan menciptakan penderitaan batin karena manusia tidak mampu berdamai dengan kenyataan hidup yang tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu, melalui konsep NEM-SA, ia mengajarkan pentingnya menerima segala bentuk pengalaman hidup secara seimbang, tanpa adanya keinginan yang berlebihan atau rasa takut yang mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun