Mohon tunggu...
Arta Uly Siahaan
Arta Uly Siahaan Mohon Tunggu... lainnya -

belajar menulis. Biru. Malang. Siantar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pernahkah?

28 Maret 2014   16:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:21 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pernahkah kamu sedang sendirian namun hatimu ramai?

Ada banyak percakapan melibatkan nuranimu dan terasa berisik

Pernahkah kamu merasa sendiri namun pikiranmu sibuk?

Kamu biarkan bermacam-macam pikiran itu merasuk, berbaur meramai

Pernahkah jantungmu serasa mau melompat dari biliknya karena ujian yang akan kamu hadapi?

Kamu merasa berat seperti tidak akan mampu melaluinya. Kamu berusaha menenangkannya, memilih mempersiapkan diri dengan matang hingga letupan itu lebih mereda. “Tenang, tenang, tenang,all is well” katamu sambil berusaha menenangkan hatimu

Pernahkah kamu ingin bicara banyak namun tak sepatah katapun bisa kamu katakan?

Kamu lebih memilih diam ditempat tenang, menarik nafas lebih panjang. Dengan begitu saja hatimu merasa lebih baik

Pernahkah kamu memiliki banyak hal dikepala namun tak satu huruf pun tertuliskan?

Kamu lebih memilih membiarkannya tetap di kepala bersarang

Pernahkah kamu mendoakan satu hal sangat lama, sudah sangat panjang namun hingga detik ini tak terkuak tanda apapun?

Kamu tetap saja berdoa seakan pasrah namun tetap meyakini.

“Waktunya akan tiba!” katamu sambil menenangkan hatimu dan lebih bersabar

Pernahkah kamu hampir menyerah atas usaha menggapai mimpimu?

Seakan yakin dengan sayapmu kamu terus berusaha terbang meraihnya. Kamu lebih memilih tetap memperjuangkannya, lebih keras berjuang. “Aku pasti akan menggapainya”katamu menyemangati dirimu

Pernahkah kamu suatu ketika gagal dalam hidupmu tentang apapun itu?

Sulit bagimu bangkit, namun kamu harus menerimanya. Membangun kembali semangat dengan rencana yang lain. Sulit rasanya namun kamu menjalaninya dan bertahan sampai saat ini

Pernahkah  kamu begitu merindukan dia yang kamu kasihi?

Lalu kamu memilih diam mengingatnya  saja karena tidak mungkin untuk segera bertemu. Rindumu tertahan begitu saja, bahkan tidak berusaha menelepon atau sms karena takut rindumu semakin memuncak

Pernahkah bahagiamu tak terkira dengan kata-kata hanya karena  bertemu dengan orang yang kamu rindukan?

Kamu memeluknya lama bahkan sampai menangis. “Aku bahagia bisa melihatmu lagi” bisikmu padanya sambil menyeka air mata.

Pernahkah menatapnya saja kamu tidak berani?

Kamu takut mata kalian bertemu, ada resah yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Lalu kamu tertunduk menghindarinya, kamu gelisah. Perasaanmu tak menentu

Pernahkah kamu mengabaikan seseorang yang memperhatikanmu? Secara halus kamu menolaknya, perhatiannya, bantuannya, atau apapun yang dilakukannya untukmu?

Kamu berkata “ Aku bisa tanpamu, tidak perlu repot-repot”. Kamu tidak sengaja membuat hatinya terluka karena tidak tahu harus bagaimana. Kamu mematahkan impiannya bersamamu, membiarkan matanya terluka menatapmu

Atau malah sebaliknya?

Pernahkah kamu sedih ketika diabaikan, yang kamu lakukan ditolak begitu saja?

Kamu memilih teguh berada disampingnya, mendampinginya walau dia tak ingin. Atau kamu memilih berhenti karena hatimu bergejolak atas  sikapnya. “Aku baik-baik saja” berusaha berkata begitu pada hatimu yang sedikit terluka. Atau kamu manjadi teringat orang yang perasaannya kamu abaikan? “ Kita impas sekarang, aku merasakan apa yang kamu rasakan” katamu sembari menyesal

Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang?

Yang didirinya kamu melihat sesuatu, lalu menatap dalam kematanya. Berusaha melihat hatinya dan berlabuh disana. Kamu lalu memutuskan menjalani sisa hidupmu bersamanya.

Pernahkah kamu menangis terisak di stasiun bus karena dia yang kamu kasihi pergi meninggalkanmu?

Kamu merasa ditinggalkan sendirian dan merasa bebanmu sangat berat. Dia turun lagi dari bus dan berusaha menenangkanmu. “Aku akan berusaha untuk sering pulang melihatmu”katanya sambil memintamu berhenti menangis. Namun yang ada malah air matamu semakin deras jatuh. Lalu dengan putus asa dia pergi. Kamu masih menangis sembari bus itu membawanya pergi.

Pernahkah kamu sangat khawatir dan terus menatap wajah yang kamu kasihi dikamar rumah sakit?

Kamu takut dia tak membuka matanya lagi , memanggil-manggil namanya sembari mengawasi nafas beratnya lewat selang oksigen itu. Hatimu gundah karena kamu sendirian dan yang kamu nantikan untuk berbagi beban masih dalam perjalanan. Waktu seakan lambat berjalan, takutmu luar biasa.Hatimu ramai, bergejolak tak tentu.

Pernahkah kamu meratap karena yang kamu kasihi meninggalkanmu?

Kamu berteriak memanggil namanya dengan sia-sia, karena sama sekali dia tak mendengarmu lagi. Sungguh berharap dia membuka mata untukmu. Tersedu hari ke hari begitu lama karena tak bisa lagi melihatnya, memeluknya, berbicara atau bahkan menangis dan tertawa dengannya. Bisa memeluknya, menatapnya dan menemukan dia lagi ada disampingmu serta melakukan banyak hal setiap hari bersamanya adalah hasrat terbesarmu. “Aku masih harus tetap melanjutkan hidupku tanpamu, aku akan berusaha” katamu lirih sembari putus asa dalam penantianmu yang tak kunjung bisa bertemu dengannya.

Mungkin ribuan pertanyaan“Pernahkah”yang lain yang bisa hinggap dikepalamu. Ini mungkin hanya sedikit dari yang kamu miliki. Saya menyebutnya “pelajaran dalam sekolah kehidupan”. Boleh dibilang tak tertuliskan dengan jutaaan aksara, tak tersampaikan satu-persatu, tak terhitung, semuanya indah tersimpan di memori. Suatu hari, ketika berbenturan dengan hal yang sama, panggillah  pengalaman itu kembali. Ambil waktu dan berjuanglah mengingatnya. Jangan biarkan terjatuh dikesalahan yang sama.   Tetaplah semakin kuat, semakin sabar, terus berjuang, dan selalu bertekun. Dewasa itu bukan bicara tentang umur, menjadi bijaksana itu belajar bagaimana memaknai setiap proses hidup yang dialami. Berjalan dan berubah dengan konsisten.

Pernahkah suatu ketika kamu mengambil waktu atas semua pertanyaan diatas? Ambillah jika belum! Tuliskan jika mudah lupa. Atau ingat saja jika enggan mencari pena. Jika sudah, evaluasilah pembelajaranmu sampai dimana. Tersenyumlah walau seberapa pahit masa lalumu, karena kamu tidak akan pernah kembali lagi ke waktu itu. Anggaplah itu kebodohanmu dimasa lalu, dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Berjanjilah lebih menjadi pribadi yang lebih kuat. Masa itu telah membawamu, ke kehidupanmu yang sekarang. Menjadikanmu kokoh menjalani hari yang akan datang. Berjalanlah tegak sekalipun dia yang kamu kasihi meninggalkanmu. Ingatlah karena kelak akan tiba saatnya setiap manusia ditinggalkan dan meninggalkan. Lalu, begitulah letak beda antara sekolah dengan kehidupan. Di sekolah, setelah belajar kamu diberikan soal ujian berlembar-lembar. Namun di kehidupan ini, kamu temukan sebaliknya, kamu akan diberikan ujian dan itulah yang akan mendidikmu dengan belajar dari ujian itu.

#hanya sebuah perenungan. bukan deep thinker. tidak ada kopi. disela thesis.

(Perpustakaan Universitas Negeri Malang, 26 Maret 2013; 14.19 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun