Kamu takut dia tak membuka matanya lagi , memanggil-manggil namanya sembari mengawasi nafas beratnya lewat selang oksigen itu. Hatimu gundah karena kamu sendirian dan yang kamu nantikan untuk berbagi beban masih dalam perjalanan. Waktu seakan lambat berjalan, takutmu luar biasa.Hatimu ramai, bergejolak tak tentu.
Pernahkah kamu meratap karena yang kamu kasihi meninggalkanmu?
Kamu berteriak memanggil namanya dengan sia-sia, karena sama sekali dia tak mendengarmu lagi. Sungguh berharap dia membuka mata untukmu. Tersedu hari ke hari begitu lama karena tak bisa lagi melihatnya, memeluknya, berbicara atau bahkan menangis dan tertawa dengannya. Bisa memeluknya, menatapnya dan menemukan dia lagi ada disampingmu serta melakukan banyak hal setiap hari bersamanya adalah hasrat terbesarmu. “Aku masih harus tetap melanjutkan hidupku tanpamu, aku akan berusaha” katamu lirih sembari putus asa dalam penantianmu yang tak kunjung bisa bertemu dengannya.
Mungkin ribuan pertanyaan“Pernahkah”yang lain yang bisa hinggap dikepalamu. Ini mungkin hanya sedikit dari yang kamu miliki. Saya menyebutnya “pelajaran dalam sekolah kehidupan”. Boleh dibilang tak tertuliskan dengan jutaaan aksara, tak tersampaikan satu-persatu, tak terhitung, semuanya indah tersimpan di memori. Suatu hari, ketika berbenturan dengan hal yang sama, panggillah pengalaman itu kembali. Ambil waktu dan berjuanglah mengingatnya. Jangan biarkan terjatuh dikesalahan yang sama. Tetaplah semakin kuat, semakin sabar, terus berjuang, dan selalu bertekun. Dewasa itu bukan bicara tentang umur, menjadi bijaksana itu belajar bagaimana memaknai setiap proses hidup yang dialami. Berjalan dan berubah dengan konsisten.
Pernahkah suatu ketika kamu mengambil waktu atas semua pertanyaan diatas? Ambillah jika belum! Tuliskan jika mudah lupa. Atau ingat saja jika enggan mencari pena. Jika sudah, evaluasilah pembelajaranmu sampai dimana. Tersenyumlah walau seberapa pahit masa lalumu, karena kamu tidak akan pernah kembali lagi ke waktu itu. Anggaplah itu kebodohanmu dimasa lalu, dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Berjanjilah lebih menjadi pribadi yang lebih kuat. Masa itu telah membawamu, ke kehidupanmu yang sekarang. Menjadikanmu kokoh menjalani hari yang akan datang. Berjalanlah tegak sekalipun dia yang kamu kasihi meninggalkanmu. Ingatlah karena kelak akan tiba saatnya setiap manusia ditinggalkan dan meninggalkan. Lalu, begitulah letak beda antara sekolah dengan kehidupan. Di sekolah, setelah belajar kamu diberikan soal ujian berlembar-lembar. Namun di kehidupan ini, kamu temukan sebaliknya, kamu akan diberikan ujian dan itulah yang akan mendidikmu dengan belajar dari ujian itu.
#hanya sebuah perenungan. bukan deep thinker. tidak ada kopi. disela thesis.
(Perpustakaan Universitas Negeri Malang, 26 Maret 2013; 14.19 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H