Mohon tunggu...
Arsy Macita
Arsy Macita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran

Seorang mahasiswa S1 Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran yang ingin berbagi tentang berbagai hal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Sosial dalam Buku Kumpulan Cerpen Sagra Karya Oka Rusmini

29 Juni 2024   16:52 Diperbarui: 29 Juni 2024   16:53 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Karya sastra tidak serta merta diciptakan atas khayalan sastrawan. Dalam proses kreatifnya, sastrawan dipengaruhi oleh keresahan mereka terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa karya sastra tercipta sebagai cerminan kondisi sosial suatu kelompok masyarakat. Karena pengaruh kondisi sosial lingkungan sastrawan itulah yang menyebabkan tema-tema yang diangkat dalam karya-karya sastra beragam, mulai dari percintaan, perjuangan, kehidupan dan kematian, ketidakadilan, penindasan, dan lain sebagainya.

Ida Ayu Oka Rusmini atau yang sering dikenal sebagai Oka Rusmini merupakan  sastrawan yang tumbuh di lingkungan keluarga Bali. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1967. Ia juga menghabiskan masa kecil hingga remajanya di Jakarta. Setelah lulus SMA, Oka Rusmini memutuskan untuk pindah ke Bali untuk melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Sastra di Universitas Udayana Bali. Oka Rusmini dikenal dengan karya-karyanya yang mengangkat isu sosial budaya masyarakat Bali yang dikenal sering memberatkan perempuan-perempuan keturunan Bali. Karya-karya Oka Rusmini yang terkenal diantaranya yaitu, Monolog Pohon (puisi, 1997), Tarian Bumi (novel, 2000), dan Sagra (cerpen, 2001).

Sagra (2001) merupakan buku kumpulan cerpen Oka Rusmini yang terbit pertama kali pada tahun 2001 oleh Penerbit Indonesia Tera. Buku ini diterbitkan beberapa kali oleh penerbit yang berbeda-beda. Terbitan terbarunya diterbitkan pada tahun 2023 oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Dalam buku ini terdapat 11 cerita pendek yang memiliki tema yang serupa antara satu cerita dengan cerita lainnya. Secara garis besar, tema-tema tersebut yaitu sistem patriarki, kesenjangan sosial, kemiskinan, konflik internal dan eksternal, dan sistem kasta dalam masyarakat Bali. Berikut penjabaran tema-tema di atas.

  1. Sistem Patriarki

Sistem patriarki dalam kumpulan cerpen Sagra (2001) ditunjukan oleh bagaimana kaum perempuan dinilai dan diperlakukan di dalam masyarakat, baik masyarakat Indonesia, maupun para penjajah yang pernah menduduki tanah nusantara. Perhatikan potongan cerita berikut;

"Menurutku, kami adalah pohon-pohon yang siap dimasak dalam kuali besar dan disantap di sebuah restoran murahan, dengan garpu, sendok, dan pisau yang karatan." (Rusmini, 2023)

Pada kutipan di atas dijabarkan bagaimana seorang perempuan diperlakukan pada zaman penjajahan Jepang. Pada saat itu, banyak perempuan di bawah umur dipaksa menjadi objek pemuas nafsu tentara Jepang. Tidak sedikit dari anak-anak tersebut membenci diri mereka sendiri hingga akhir hayat mereka.

  1. Kemiskinan

Kemiskinan dalam buku kumpulan cerpen ini tergambar dalam salah satu kutipan cerpen berikut.

"Ketika Nobelia lahir, jujur saja, mulai ada riak-riak kecil yang mengisi laut kehidupan kami. Nobelia perlu makan, perlu gizi cukup untuk pertumbuhannya. Kami berdua memang sudah terbiasa hanya menelan beberapa sendok bubur dicampur sayur (seperti bubur Manado) untuk mengurangi rasa lapar yang sering mengisi perjalanan kami. …. Kelahiran Nobelia penuh diiringi penyunatan dana." (Rusmini, 2023)

Kutipan di atas dapat dikatakan menunjukan bagaimana kemiskinan struktural dapat terjadi di masa kini. Bagaimana keegoisan kedua manusia yang disatukan memaksakan diri untuk menikah dan memiliki anak dapat berakibat pada dikorbankannya pertumbuhan masa kecil sang anak.

  1. Konflik Internal

Dalam buku kumpulan cerpen ini, terdapat banyak konflik internal yang dialami oleh para tokoh utama. Konflik internal yang dialami masing-masing tokoh berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan latar belakang permasalahan yang dialami oleh para tokoh. Berikut salah satu kutipan yang menjabarkan konflik internal yang dialami oleh tokoh utama dalam cerpen Esensi Nobelia.

"Ketika mereka mempertanyakan hakikat kebahagiaanku, aku justru bertanya pada diriku sendiri: apakah aku terlalu tolol, buta, sehingga tidak bisa memandang hidup ini dengan realitas gaya mereka? Akulah yang kedodoran, bersibuk dengan diri sendiri, hanya bertarung dengan pikiran-pikiran sendiri….." (Rusmini, 2023)

Pada kutipan cerpen di atas, sang tokoh utama yang sedang bergulat dengan kemiskinan yang Ia jalani tiba-tiba memikirkan sebuah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh teman-temannya, “Bahagiakah dirinya?”. Tokoh utama tersebut pun ikut bergulat dengan jawaban atas pertanyaan tersebut dan mulai mempertanyakan arti kebahagiaan itu sendiri.

  1. Sistem Kasta dalam Masyarakat Bali

Seperti yang kita ketahui, karya-karya Oka Rusmini banyak dipengaruhi oleh isu sosial budaya masyarakat Bali. Pengaruh ini juga muncul dalam buku kumpulan cerpen Sagra. Berikut beberapa kutipan cerpen yang menjabarkan sistem kasta yang berlangsung di dalam sistem sosial budaya masyarakat Bali.

”Jangan sembarangan merawat cucuku, Sagra. Kelak, dialah penerus dinasti Pidada. Dia yang mewarisi seluruh hotel yang kumiliki. Ajari dia menjadi bangsawan yang baik. Tugasmu hanya menjaganya dan memberinya pengertian bahwa dia adalah pewaris seluruh kejantanan laki-laki. Kasta, kutahu kelak tak ada artinya lagi. Tapi, cucuku memiliki kesempurnaan laki-laki. Dia lahir sebagai bangsawan tertinggi di Bali, seorang Brahmana. Dia juga memiliki kekayaan luar biasa: hotel, restoran, dan hampir setengah pulau ini miliknya. Aku tahu sejak lahir cucuku menyukaimu. Kupilih kau untuk menjaganya, Sagra. Kau harus jaga kebangsawanannya. Jangan pernah makan satu piring dengannya. Jaga dia sebagai. Bangsawan. Jangan kotori darah birunya. Kau paham?!” (Rusmini, 2023)

"Aku telah membawa aib bagi keluarga bangsawan di lingkungan griya karena telah menikah dengan laki-laki tidak sederajat "(Rusmini, 2023).

Kutipan-kutipan di atas menunjukan bagaimana sistem kasta sangat diagung-agungkan di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Bali. Bagaimana seseorang berdarah Sudra tidak pantas bersanding dengan seseorang berdarah Brahmana, baik dalam lingkaran kekerabatan maupun pernikahan. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi bagaimana masyarakat Bali bekerja, dimana orang-orang berdarah Sudra akan selalu menjadi dan berada di bawah orang-orang berdarah Brahmana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun