Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perihal Pelanggaran Dosen di Kelas

17 Desember 2018   21:24 Diperbarui: 18 Desember 2018   07:32 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Layar laptop-pun tertanggal tatap dariku. Dosen hanya boleh melihat layar pantul untuk memastikan posisi pantulan sempurna atau tak utuh. Juga tak diperlukan senter laser karena di laptop sudah lama difasilitasi 'senter' minimal kursor. Memunggungi mahasiswa, memberi ruang dan peluang kepada mahasiswa untuk tak fokus, juga meluangkan mahasiswa melakukan aktifitas non-akademik dalam masa 'memunggungi mereka. Dan, betapa lazim penulis saksikan ini, di acara-acara seminar ilmiah. Nampaknya habit ini berada pada tataran wajar dan tak wajar.

Unfreeze Yang Pernah Terlupakan

Penulis tak tahu diri sesampai sempat menganggap remeh-temeh akan arti pencairan pra-kuliah, Kurt Lewin menyebutnya Unfreeze (pencairan), jika di-amelioratif-kan, maka itu adalah episode penghangatan, pencairan, bina suasana, relaksasi. Nampak sesuatu yang ringan-ringan tetapi teramat berharga pada episode-episode perkuliahan. 

Menghangati mahasiswa dengan sapa-sapaan kecil adalah sebuah wujud perhatian, sewujud kemanusiaan antar sesama. Penulis meraba rasa, ada perbedaan signifikan antara melakukan unfreeze dengan tanpa unfreeze. Kuliah tanpa unfreeze laksana bernyanyi langsung di reff. Bahasa non-halusnya menyuruh orang berteriak saat ia baru saja terbangun. Jelas itu penjajahan tubuh, pelecehan anatomi dan fisiologi jasmani.

Doa Yang Terabaikan

Memori indah di masa Sekolah Dasarku, lantun do'a di penutup pelajaran oleh guruku adalah doa yang dibunyikan dalam hening. Terasa aliran energi positif menjalar di kesadaran jiwa-raga. Kian tinggi tingkat pendidikan, secara alami hal itu tak di-mainstream-kan, kultur itu tertanggal oleh variasinya argumen-argumen akan penghilangan doa usai belajar/kuliah.

Penulispun menuruti inginnya zaman, hendaknya masa dan kemauan kultur, hingga di setiap akhir kuliah. Penulis dalam bata-bata melafazkan kalimat: Alhamdulillah sembari usap wajah. Penulis lakukan ini lantaran prosesi kuliah itu ibarat perjalanan yang memiliki tujuan (arrival), anggaplah akhir kuliah itu adalah telah tibanya dosen-mahasiswa dalam satu perjalanan panjang nan melelahkan. Maka, memuji Tuhan adalah sebuah kemestian. Itulah doa kesyukuran-keselamatan.
------
Makassar, 17 Desember 2018
Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun