Layar laptop-pun tertanggal tatap dariku. Dosen hanya boleh melihat layar pantul untuk memastikan posisi pantulan sempurna atau tak utuh. Juga tak diperlukan senter laser karena di laptop sudah lama difasilitasi 'senter' minimal kursor. Memunggungi mahasiswa, memberi ruang dan peluang kepada mahasiswa untuk tak fokus, juga meluangkan mahasiswa melakukan aktifitas non-akademik dalam masa 'memunggungi mereka. Dan, betapa lazim penulis saksikan ini, di acara-acara seminar ilmiah. Nampaknya habit ini berada pada tataran wajar dan tak wajar.
Unfreeze Yang Pernah Terlupakan
Penulis tak tahu diri sesampai sempat menganggap remeh-temeh akan arti pencairan pra-kuliah, Kurt Lewin menyebutnya Unfreeze (pencairan), jika di-amelioratif-kan, maka itu adalah episode penghangatan, pencairan, bina suasana, relaksasi. Nampak sesuatu yang ringan-ringan tetapi teramat berharga pada episode-episode perkuliahan.Â
Menghangati mahasiswa dengan sapa-sapaan kecil adalah sebuah wujud perhatian, sewujud kemanusiaan antar sesama. Penulis meraba rasa, ada perbedaan signifikan antara melakukan unfreeze dengan tanpa unfreeze. Kuliah tanpa unfreeze laksana bernyanyi langsung di reff. Bahasa non-halusnya menyuruh orang berteriak saat ia baru saja terbangun. Jelas itu penjajahan tubuh, pelecehan anatomi dan fisiologi jasmani.
Doa Yang Terabaikan
Memori indah di masa Sekolah Dasarku, lantun do'a di penutup pelajaran oleh guruku adalah doa yang dibunyikan dalam hening. Terasa aliran energi positif menjalar di kesadaran jiwa-raga. Kian tinggi tingkat pendidikan, secara alami hal itu tak di-mainstream-kan, kultur itu tertanggal oleh variasinya argumen-argumen akan penghilangan doa usai belajar/kuliah.
Penulispun menuruti inginnya zaman, hendaknya masa dan kemauan kultur, hingga di setiap akhir kuliah. Penulis dalam bata-bata melafazkan kalimat: Alhamdulillah sembari usap wajah. Penulis lakukan ini lantaran prosesi kuliah itu ibarat perjalanan yang memiliki tujuan (arrival), anggaplah akhir kuliah itu adalah telah tibanya dosen-mahasiswa dalam satu perjalanan panjang nan melelahkan. Maka, memuji Tuhan adalah sebuah kemestian. Itulah doa kesyukuran-keselamatan.
------
Makassar, 17 Desember 2018
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H