Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengulas CSR PT Freeport Indonesia dan Kesehatan Masyarakat

17 Agustus 2016   06:56 Diperbarui: 15 Juli 2017   20:51 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Website PT.Freeport Indonesia

Argumentasi yang paling rasional bahwa saatnya masyarakat Papua yang berdiam di area pertambangan, tak lagi terus-menerus dimanjakan. Inilah fakta yang terjadi di lingkup CSR PTFI bahwa masyarakat masih dianggap subordinat soal kesehatan. Penulis tak menyatakan bahwa fakta ini salah, hanya saja penulis ingin mengajak CSR PTFI untuk kerja keras lagi dan mengupayakan sekuat-kuatnya agar konsep kesehatan dialihkan kepada pemilik kesehatan masyarakat itu sendiri, yakni warga Papua.

Diawali dengan penyediaan rumah-rumah sehat yang sesuai dengan kaidah kesehatan, berbasis lingkungan dan juga berpatokan kepada kultur positif masyarakat.

Rumah-rumah sehat ini adalah oposit dari rumah sakit, tak harus mendirikan rumah-rumah sehat itu, tetapi rumah-rumah penduduklah yang dibenahi dari aspek kesehatan dan juga kontruksi bangunan berbasis kesehatan lingkungan, sistem pencahayaan dan kepadatan penghuni rumah (density) serta sistem aliran udara yang baik.

Satu persoalan utama yang kerap menjadi persepsi yang keliru bagi CSR yakni mereka memahami masyarakat adalah pasien. Warga dianggap sebagai pihak yang lemah dan hierarkis, sehingga wajarlah bila pemeliharan kesehatan (health care) selalu bertumpu kepada provider. Dan ini keliru!

Industri dan masyarakat adalah dua pertalian yang unik, ada morbidity sourch dan juga ada impact. Maksud penulis, deskripsi industri dan masyarakat telah dibagi responsibiltasnya, bila penyakit akibat dampak industri maka itu adalah wilayah perusahaan. Bila penyakit berbasis lingkungan (evidence based) dan berbasis perilaku masyarakat, maka itu solusinya adalah dari masyarakat sendiri. PTFI mesti memahami pembagian ini. Di sinilah fungsi-fungsi sosial akan berjalan optimal bila pemahaman ini dikuasai oleh siapapun.

......................

Makassar, 17 Agustus 2016

Muhammad Armand
Akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Departemen Promosi Kesehatan dan Behavioral Science
Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun