Â
Kutitah jua pada diri sendiri
Yang sedang bertahta di kursi penulis
Rupa pengabar laksana burung merpati
Lemah sayap, tak kuasa terbang tinggi-tinggi
Â
Melatalah aku, lamban derap-tapak-ayun
Gontai dalam menata-nata gerakan kata
Terhuyung-huyunglah aku menjinak-jinakkan rerumputan liar kalimat
Sesampai berdiri bayi tulisan, peringgan tangis-tawa di sana itu
Â
Ikrarku, akulah si lemah dalam beraksara
Tetapi aku si kuat untuk belajar mencahayai diri
Karena sinaran hatiku ajak kumenyendiri-berdiri di jalan sunyi
Dan kuinsyafilah bila kubukan penulis seperempat dewa
Â
Berleleran ketaksempurnaan di seonggok sosokku
Cumalah aku yang pahami segala itu
Tibalah aku dalam jerembabkan diri, sebagai batas penghabisanku
Dalam mempermolek peri-menulis
Peri-manusia, peri-baik, jika seumpama itu mungkin!
Â
Hingga tiada jeda
Untuk mengencingi orang lain, sesamaku
Biarkan aku tertatih-tatih dalam perjalanan menulisku
Sebab aku penulis, bukan pencemooh!
Â
Janganlah bertepi akan lancangnya bait-baitku ini
Sungguh aku begini, lantaran sibukku menuntun nasib-takdirku
Lantaran selainnya; kumenulis bukan untuk sakit dan mati
Jewantah menulis, seluruhnya demi nafas hidup
Yang sekali ini saja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H