Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menuai Harmoni di Ajang Reuni

24 Juli 2015   11:18 Diperbarui: 24 Juli 2015   11:18 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reuni itu zona spirit, tata cara mengelola motivasi untuk bertemu kawan-kawan. Yang kaya, kurang kaya, pendidikan tinggi, kurang tinggi, sama saja. Bukan itu yang akan dipersuakan di ajang reuni. Karena semua itu hanyalah asesoris. Mosok harus sukses semua? Mosok juga harus gagal semua? Itu namanya tidak terjadi keseimbangan kehidupan. Bagi yang 'miskin' tiada perlu minder untuk hadir di reuni, bagi yang 'kaya/berpangkat' juga tiada perlu membawa-bawa identitas sementara dan fana itu, sebab kaya-miskin adalah status fana, tidak abadi sama sekali. Sebab yang abadi itu adalah kebaikan dan kejahatan. Sungguh baiklah seseorang bila menanggalkan piranti dan alat-alat bantu itu berupa kekayaan atau kemiskinan. Pesanku; yang kaya jangan pamer kekayaan, yang miskin pun jangan pamer kemiskinan dan keminderan, sebab kita sama levelnya di hadapan Tuhan dan setingkat dalam ajang reuni!

Asyik sekali tanpa status sosial, tanpa embel-embel dokter, anggota dewan, pengusaha, wartawan. petani, dosen, polisi, hakim, tentara, guru, etc.

Zona pembauran

Ajang reuni itu sudah jelas mengumpulkan orang-orang dari yang uzur sampai belia. Tak penting ada kategorisasi sosial di sana, tak ada level, semuanya sama, sederajat kecuali hitungan umur. Yang tua membaur kepada yang muda-muda, yang sukses berkolaborasi dengan yang belum sukses. Jangan tampil ekslusif sebab ajang reuni bukanlah ajang memantik perhatian tetapi reuni malah sebaliknya yakni halaman untuk memberi perhatian satu sama lain. Apapun pekerjaan dan sejenis apapun kehidupannya. Konsep pembaruan adalah hal disepelekan orang, hingga peristiwa-peristiwa kemanusiaan kerap terjadi oleh kemiskinan pembauran, bisa jadi peristiwa itu tercuat akibat oleh kerontangnya kebersamaan dan lemahnya daya baur di antara saudara-saudara kita, di sana

Salam Kompasiana Siang

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun