"Semua tak bisa dijelaskan, akupun takkan menjelaskan jika terjadi apa-apa pada diriku ma"
"Entahlah Anakku. Pastinya, mama sayang kamu, pengen liat kamu baik-baik saja"
"Gimana caranya aku baik-baik sedang mama tak tunjukkan bagaimana jadi anak yang baik-baik. Aku kecewa dilahirkan ma. Andai bisa kuberkata, aku akan bilang ke mama, jangan lahirkan aku"
"Loh kok gitu Nak!"
"Karena mama hanya sanggup lahirkan aku, tapi mama membiarkanku hidup tanpa penjelasan dan kejelasan. Mama sama saja dengan ibu-ibu yang lain. Banyak kata-kata jangan, tapi malas mendidik. Aku sedih ma, guruku yang bukan ibuku, tiap hari bisa menjelaskan pelajaran dengan baik. Sedang engkau ibu kandungku, tak pernah mau menguraikan apa-apa padaku. Tentang pergaulan bebas, tentang seks, tentang kondom, tentang kehamilan, aborsi. Apakah aku harus melakukan semuanya, barulah aku tahu ma? Mama selalu bilang, itu tabu dibicarakan, malu. Oh mama pilih malu-malu daripada aku jadi anak yang akan memalukan mama karena ketidaktahuanku?"
----------
Catatan:
Cermin ini terinspirasi dari dialog penulis dengan seorang ibu yang mencemaskan anak gadisnya. Pesan dalam cermin ini, jadilah ibu biologis, ibu psikologis, ibu sosial, dan ibu seksologi untuk putra-putri kita.