Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

RSBI: Potret Pengastaan Pendidikan di Indonesia

2 Juli 2012   05:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:21 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emang Kenapa Kastanisasi?

Bingung juga saya memakai kastanisasi ini, sebab kata dasarnya KASTA, yang sebenarnya jika diafiksasi menjadi KASTASASI, atau KASTAISASI tapi gak enak kedengarannya.. hahaha.

Hemmmm... jika tak ada kastanisasi dalam pendidikan, lantas di mana arena kompetisi?. Bukankah dengan membuka lahan persaingan (yang sehat, red) membuat spirit edukasi kian dinamis?. Kok sekarang ribut-ribut soal RSBI, padahal sebelumnya banyak sekolah berkasta, misalnya 'sekolah unggulan'. Lantas apanya sebetulnya yang dipersoalkan masyarakat?. Oh tarifnya yang kemahalan?. Ini mah alamiah..!. Bukankah jika ingin mendapatkan barang berkualitas harus ditebus dengan bayaran tinggi?.

Lha, soal kemiskinan dan keterjangkauan masyarakat menjadi masalah?. Loh, itu bukan persoalan kita, ini persoalan pemerintah kita, siapa suruh mereka aktif memiskinkan rakyatnya. Pemerintahlah yang harus bertanggungjawab atas kemiskinan ini. Makanya, saya bilang apa juga. RSBI bukan masalah buat kita, pendidikan gratis juga problem tuh. Problem utama negeri ini adalah kemiskinan, keterpurukan dan disability rakyatnya kok, rakyat begini rupa karena ulah pemerintah juga. Ah, sudahlah. Ini hanya cerita klasik yang terulang-ulang.

Yang subtansi, RSBI itu sangat baik, tujuannya jelas, dan syukur-syukur bangsa kita yang selenggarakan. Apa coba kalau bangsa Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Belanda yang mendirikan sekolah bertaraf internasional di sini. Ah gak taulah apa yang terjadi selain pasrah.. Hihihi

Ah, saya sangat setuju dengan RSBI ini walau masih banyak yang harus direparasi terutama tenaga pengajarnya, ketepatan infrastrukturnya dan pengayaan kurikulum terintegrasi dengan mentalitas peserta didik.

Saya bangga dengan RSBI walau anak saya tak ada yang sekolah di RSBI, sebab jenis sekolah adalah pilihan bukan paksaan. Banggalah saya sebab RSBI Made in Indonesia. Cibirlah RSBI namun satu hal yang kita patut ketahui bahwa mendikbud telah melakukan upaya untuk anak-anak bangsa. Kita boleh mencibir sekarang ini, tapi toh nantinya juga kita akan menuju pendidikan berlabel internasional. Sori, ini opini saya, mari kita diskusikan di kolom komentar. Apa maunya kita semua. Ok?^^^.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun