Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Geliat Predator Seks di Medsos

22 Oktober 2014   21:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:05 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan nasehati

Manusia normal itu suka menasehati manusia lainnya, walau sebagian manusia normal enggan dinasehati. Nah, yang unik pada penderita kelainan seksual, tak suka menasehati dan tak suka bernasehat. Apa pula maksud Kompasianer Makassar ini? Konkritnya: Penderita kelainan seksual-kelainan psikologis, tiada mengenal rambu-rambu etika dan estetika, tiada marka agama, ia bebas nilai.

Penderitanya merasa milik publik, dan tolong dibedakan antara manusia normal dan abnormal untuk perkara yang satu ini. Sebab manusia normal, pun dapat melakukan aktivitas seksual namun hadir rasa suka sama suka. Mohon direkam cermat perbedaan ini, jangan sampai menyamaratakan.

Solusi

Jangan pernah terjebak akan kata-kata indah dari penderita ini, sekali saja melayani gaya komunikasi-interaksinya, maka ujung-ujungnya Anda akan kesal dan marah. Penderita ini, tak punya beban, Anda marah atau kesal, it's no problem. Perlu dicatat bahwa tak semua lelaki yang berkata manis, merayu, membujuk adalah penderita kelainan seks (veyourisme ataukah ekshibisionisme). Tetapi semua penderita penyimpangan seksual ini adalah perayu kelas wahid, pembujuk ulung, dan advokator kelas wahid. Ini alasan mengapa anak-anak SD dan SMP antri korbannya hanya karena dikasih permen.

* * *

Artikel ini, sungguh relatif kebenarannya. Malahpun, para psikolog kontemporer, dibingungkan oleh sakleknya seluk-beluk dunia maya (medsos). Tantangan terpokok para psikolog sekarang ini adalah sex virtual, betapa alotnya diteliti. Berbeda sungguh dengan jaman konvensional bahwa seorang lelaki yang memandang lingerie, kutang, dan celana dalam di jemuran, dan kemudian beronani. Itulah penderita penyimpangan seksual versi dulu, terukur dalam pengamatan dan jelas meterannya.

Sebuah Kisah

Dia lelaki, PNS dan gagah. Ia memerlihatkan foto-foto cewek di handphone canggihnya. Ratusan foto di sana, nyaris semuanya akrab. Ia bercerita, siapa-siapa saja korbannya, dipermula dengan rayuan biasa hingga bujukan maut. Alhasil, sang korban nurut. Lelaki itu via telpon, menyuruh korban masuk kamar. "Gimana Dek, apa sudah di kamar?". "Sudah Bang", jawab korban. Dan, bla..bla..bla..

Lalu besoknya, lelaki itu transfer duit karena ayah korban masuk UGD. Dua hal yang buatku tertawa, yang pertama korban itu bisa saja hanya di halaman rumah tapi ngakunya di dalam kamar dan pura-pura bersuara erotik. Yang kedua, korban lebih hebat ketimbang lelaki itu.

Ini bukanlah mekanisme predator seksual. Ini hanyalah game dunia maya yang betapa sulitnya tertemukan keaslian manusia dari katup-katup hipokritisme. Medsos memang begitu, hanya dua pilihan: Aku atau Kamu yang korban^^^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun