Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Geliat Predator Seks di Medsos

22 Oktober 2014   21:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:05 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413982380533051000

[caption id="attachment_368438" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi berinteraksi di media sosial. (Kompas.com)"][/caption]

KUMULAI artikel ini, di rubrik seksologi. Walau sesungguhnyalah ini, tulisan tersangkut-paut di zona kejiwaan. Hadir rasa bersalah bila tak memostingnya, untuk bersuluh akan maraknya perilaku seks di media sosial. Riak-riak perilaku seks ini, telah lama menghujani media sosial. Mereka main 'basah-basahan' di sana. Basah-basahan itu berlabel phone-sex, chatting, inbox, dan webcam.

* * *

Kenalilah

Kuncup makna PREDATOR itu dimekarkan sebagai arti yang teramat kasar, crime dan dehumanistik. Walau, sesungguhnya lagi, istilah bengis ini tak ditemukan dalam text book psikologi. Ini soal kepintaran manusia, menjelma-jelmakan istilah kontemporer dan kedengaran pas-akurat-utuh. Lantas, siapa yang menggaransi bahwa Anda dan saya terbebas dari penyakit kejiwaan itu. Inilah kegagalan para psikolog, memberikan margin defenisi kelewat lebar, luas dan abstrak.

Kemudian, adakah lelaki dewasa yang tak pernah mengintip lawan jenisnya? Entah sengaja atau tak terencana. Dan perilaku ini termasuk kelainan seksual. Buatku, itu tak termasuk kelainan jiwa, kecuali bila dijadikan profesi. Profesi mengintip atau diintip. Hahaha

* * *

Begitu plural istilah dalam kelainan seksual, hingga halaman ini tak cukup untuk mendeskripsikannya. Kita lupakan sejenak teori itu, kawan. Yang terpenting sekarang, mengenali ciri-ciri predator seksual di media sosial. Predator seksual yang bermain di medsos, orientasinya hanyalah satu: SEKS...! Penderita ini sangat mudah berfantasi seks, durasi fantasinya pun relatif lama. Ia pun sangat responsif akan seksual. Bila memandang lawan jenisnya, ia cepat tertarik. Kenapa? Sebab akumulasi fantasi seksnya, tersalur dalam tahap intermediate ini.

Tembus Pandang

Penderita ini, amatlah 'tembus pandang'. Lawan jenisnya, ia sukses 'telanjangi' di depan imajinya. Hingga penderita serupa ini, amatlah agresif dalam berkomunikasi. Dia main di 'to the point' dan teramat serius. Seolah di depannya adalah istrinya atau 'teman kencan'. Apakah ia akan serius untuk berhubungan intim? Oh tidak, kelainan seks ini, sesungguhnya dipredisposisi oleh kelainan jiwa. Ia akan bergerilya, dan jangan pernah berharap bahwa ia akan sadari perilakunya ini. Ia senantiasa MOVE ON, dinamis dan berpetualang. Ia benar-benar sexual adventurer sejati. Menghadapi penderita semacam ini, hanya bisa dijinakkan dengan penyembuhan humanity therapy. Jangan mengolok-oloknya karena gak mempan.

Ia tak mudah menemui Anda secara langsung, itu ciri utamanya penderita ini. Lalu, bagaimana bila ia benar-benar menjumpai Anda? Hemmm, probabilitasnya kecil sekali. Penderita ini, hanya pengen media, pengen obyek. Dia manfaatkan 'korban' untuk kemudian ber-ONANI. Uniknya, penderita ini sok akrab, mengumunkan diri sebagai lelaki pujaan. Bila Anda merasa direndahkan dengan gaya komunikasinya, Anda keliru. Sebab, ia abnormal. Apakah penyebabnya? Bisa jadi faktor genetik, pun bisa determinator masa lalu yang kelam. Faktor lain adalah kompensasi dan displacement. Problem hidup terasa ringan, bila ia salurkan via socmed sex.

Jangan nasehati

Manusia normal itu suka menasehati manusia lainnya, walau sebagian manusia normal enggan dinasehati. Nah, yang unik pada penderita kelainan seksual, tak suka menasehati dan tak suka bernasehat. Apa pula maksud Kompasianer Makassar ini? Konkritnya: Penderita kelainan seksual-kelainan psikologis, tiada mengenal rambu-rambu etika dan estetika, tiada marka agama, ia bebas nilai.

Penderitanya merasa milik publik, dan tolong dibedakan antara manusia normal dan abnormal untuk perkara yang satu ini. Sebab manusia normal, pun dapat melakukan aktivitas seksual namun hadir rasa suka sama suka. Mohon direkam cermat perbedaan ini, jangan sampai menyamaratakan.

Solusi

Jangan pernah terjebak akan kata-kata indah dari penderita ini, sekali saja melayani gaya komunikasi-interaksinya, maka ujung-ujungnya Anda akan kesal dan marah. Penderita ini, tak punya beban, Anda marah atau kesal, it's no problem. Perlu dicatat bahwa tak semua lelaki yang berkata manis, merayu, membujuk adalah penderita kelainan seks (veyourisme ataukah ekshibisionisme). Tetapi semua penderita penyimpangan seksual ini adalah perayu kelas wahid, pembujuk ulung, dan advokator kelas wahid. Ini alasan mengapa anak-anak SD dan SMP antri korbannya hanya karena dikasih permen.

* * *

Artikel ini, sungguh relatif kebenarannya. Malahpun, para psikolog kontemporer, dibingungkan oleh sakleknya seluk-beluk dunia maya (medsos). Tantangan terpokok para psikolog sekarang ini adalah sex virtual, betapa alotnya diteliti. Berbeda sungguh dengan jaman konvensional bahwa seorang lelaki yang memandang lingerie, kutang, dan celana dalam di jemuran, dan kemudian beronani. Itulah penderita penyimpangan seksual versi dulu, terukur dalam pengamatan dan jelas meterannya.

Sebuah Kisah

Dia lelaki, PNS dan gagah. Ia memerlihatkan foto-foto cewek di handphone canggihnya. Ratusan foto di sana, nyaris semuanya akrab. Ia bercerita, siapa-siapa saja korbannya, dipermula dengan rayuan biasa hingga bujukan maut. Alhasil, sang korban nurut. Lelaki itu via telpon, menyuruh korban masuk kamar. "Gimana Dek, apa sudah di kamar?". "Sudah Bang", jawab korban. Dan, bla..bla..bla..

Lalu besoknya, lelaki itu transfer duit karena ayah korban masuk UGD. Dua hal yang buatku tertawa, yang pertama korban itu bisa saja hanya di halaman rumah tapi ngakunya di dalam kamar dan pura-pura bersuara erotik. Yang kedua, korban lebih hebat ketimbang lelaki itu.

Ini bukanlah mekanisme predator seksual. Ini hanyalah game dunia maya yang betapa sulitnya tertemukan keaslian manusia dari katup-katup hipokritisme. Medsos memang begitu, hanya dua pilihan: Aku atau Kamu yang korban^^^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun