Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Media Sosial, Madu atau Racun

17 Januari 2015   03:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:59 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14214096141302735687

MUARA kelelahan psikis adalah gangguan emosi. Beberapa kawan, memaksakan diri bermain Facebook, ia sebetulnya telah capek, masih juga ber-medsos. Nampaklah status dan komentarnya, tak berenergi lagi dan tak matching. Rupanya ia telah 'sakau', bila ia tiada peduli dengan kesehatan fisik dan rohaninya, maka medsos akan menjadikannya sebagai faktor risiko dan akan jatuh sakit. Padahal, medsos dibuat untuk cari hidup, bukan cari mati. Medsos untuk kesehatan, bukan kesakitan. Tiap-tiap sesuatu, ada batasnya. Itu hukum alam, hukum jasmani, hukun psikologi dan hukum sosial.

[caption id="attachment_391258" align="aligncenter" width="300" caption="www.socialmediaexamine.com/mix lintasme"][/caption]

Rentan 3 Perkara

Di selaksa manfaat media sosial -silaturahim, komunikasi, jualan online, pertemanan, dan lainnya- hadir pula ancaman-ancaman kesehatan masyarakat; jasmani, jiwa dan sosial. Bahwa retina mata adalah bagian vital, terpapar dengan monitor komputer dan handphone, amati dengan seksama kesehatan mata Anda selama menjadi konsumen media sosial. Bagaimana sikon vertebrata Anda yang mayoritas tak ergonomis saat duduk, jarak pandang dan juga lekukan tubuh Anda.

***

Ber-media sosial, sesungguhnya tiada larangan. Namun, bila memunculkan keluhan-keluhan fisikal, maka itu sudah termasuk penyakit 'akibat kerja'. Bukankah bermedsos pun bisa disebut pekerjaan? Dalam pandangan keyakinku sebagai pemeluk Islam, bermedsos dapat menjadi wajib, sunah, mubah, makruh dan haram. Barangkali di agama saudaraku yang lain, pun memiliki margin penyikapan seperti ini. Malahpun, menulis juga begitu, bisa menjadi haram bila tulisan kita mengundang dosa, baik dari penulis sendiri, maupun pembaca.

Notifikasi fisikal sebetulnya sudah demikian alamiahnya, kerap disebut 'waktu biologis', pinggang mulai terasa agak kenyerian, jemari sudah di ambang kekakuan, atau kepala mulai terasa ada kelainan. Seluruh ini adalah alarm bahwa saat Anda menjeda aktifitas dalam bermedia sosial. Saya cukup disiplin merelasikan antara kegiatan media sosial dengan pranala medis dan psikologi kesehatan.

Selanjutnya, ancaman psikis. Dipermula baik-baik saja, normal/stabil. Di pertengahan, masih baik-baik juga, setelah berkeliling di media sosial, kumpulan-kumpulan informasi diterima, dikoleksi dan disikapi. Lalu, mulai merespon dengan cepat akan setiap sistem informasi yang terlontar. Mulailah larut, seterusnya dan seterusnya....Hingga emosi tersandung labil, tergolek dan mulai 'ngalor ngidul', mulai tiada ketenangan dan sisa menunggu waktu akan meledak emosinya dikarenakan temperatur batin yang tak kokoh lagi. Inilah racun media sosial sesungguhnya, kerap kita membiarkannya.

Kita terjerembab atas nama pertemanan dan komunikasi, tetapi kita sangatlah gagal berkomunikasi dengan kesehatan sendiri. Ibarat mesin, kita paksakan berlari berputar kencang, sedang suplai bahan bakar telah menipis, pelumas pun begitu panasnya. Mesin dan jiwa, keduanya bisa retak akibat bekerja super keras dan itu tak baik.

***

Dua piranti manusia (fisik+rohani), penentu interaksi berikutnya, determinan akan respon lingkungan. Dan, bila tiada jeli, sesungguhnya ancaman sosial dipredisposisi oleh 'rusaknya' unsur jiwa ataupun keluhan fisik yang terbiarkan. Lalu, seorang bertanya kepada Kompasianer Makassar ini: "Kamu begitu aktif di media sosial, kapan istirahatnya?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun