Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bila Esok Samad Tertangkap

4 Februari 2015   18:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:50 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_394844" align="aligncenter" width="300" caption="www.konfrontasi.com"][/caption]

KOLOM: Bila Esok Samad Tertangkap

Oleh: Muhammad Armand

HUKUM di Tanah Air fleksibel. Bila esok Abraham Samad ditangkap -atau siapa saja-, tiada heranku. Orang pintar memainkan pasal, mencocokannya sesuai target. Gejala menghindar dari hukum, jadilah tren. Semuanya bisa terjadi begitu saja. Buatku yang gak ngerti hukum ini, siapa yang lalai atau ceroboh, akan jadi korban, mau benar atau salah.

Ibarat Rumah Tangga

Laksana sebuah rumah tangga baru, 100 hari pertama, telah terguncang dahsyat. Dan, saya Joko Widodo voter, tiada kalap. Kutetap berusaha di zona apa adanya. Bahwa bila Joko Widodo berprestasi, tiada alasanku untuk tak memberi apresiasi. Sebaliknya juga begitu. Bila senyatanya di depanku, tersaji kisruh dengan alasan bahwa ini metode Pak Presiden untuk membongkar akar korupsi di Indonesia. Pikirku itu, teknik kurang tepat dengan memakai embel-embel politik. Soal korupsi dan koruptor, tiada perlu dipolitisir, pun perkara pengangkatan Si Ini dan Si Itu, tiada penting main-main politisasi. Bukankah Pak Presidenku telah bersuara datar bahwa kita akan mengangkat berazas pada profesionalisme dan bebas korup? Dan saat ini, saya cukup lelah saksikan manuver Pak Jokowi.

Termasuklah cemasnya akan parade tangkap-menangkap para penegak hukum, tersaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Telah sulit kuisiangi kemurnian hukum di sini. Hukum hanyalah 'instrumen', dinada-nadakan apa saja sesuai kebutuhan/kepentingan pemain. Ngeri sebetulnya dengan keadaan ini, ini sudah sikon 'abnormal' dan sebagian menganggap masihlah NORMAL.

KPK-POLRI, dua kata yang tersisakan: Ditangkap atau Menangkap! Tangkap-menangkap ini akan semakin dinamis untuk menghentikan pergerakan lawan. Sulit untuk tak mengatakan lagi bahwa KPK-POLRI memang terlibat dalam PERANG. Jegal-menjegal sudah menjadi pemantik akrobatik dari keduanya. Mengerikan. Orang-orang hukum, saling menggunakan violensi, tak bisa duduk bersama lagi.

False Positive

Ilmu penelitian kesehatan, ada istilah false positive. Orang dinyatakan benar, tetapi kebenarannya palsu. Ini yang terjadi, orang benar dipenjara, orang salah dibebaskan. Kenapa bisa begitu, karena standar pasal-pasal hukum diperluas atau dipersempit. Sesuai yang punya gawe. So, saya tak perlu risau lagi. Saat orang yang kuanggap baik, dan tertangkap. Sudah biasalah. Atau sebaliknya, orang yang kunilai kurang benar dan bebas. Itu juga telah biasa, di era ini.

KPK-POLRI sedang antri untuk ditangkap. Gak tau nanti, bila semua sudah tertangkap, lalu siapa yang penangkap koruptor? Wah, hebat ini! Rakyat yang mana yang tak prihatin dengan 'ulah' penguasa kita? Ini sikonnya sungguh terbalik, mestinya penguasa prihatin dengan keadaan rakyat yang masih ngos-ngosan begini. Tapi rasa-rasanya, ini memanglah kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun