Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Keluarga Pasien, Janganlah Marah-marah!

24 Februari 2015   14:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:36 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14247450921397081825

Manusiawi itu bila setiap orang ingin cepat dilayani, dan sebagai keluarga tak perlu gregetan dan ketus sebab layanan rumah sakit memiliki response time(lama menunggu). Ambang batas response time ini sekitar 15-25 menit, bila melewati margin ini, keluarga pasien wajib tanyakan kenapa melewati batas waktu menunggu untuk dilayani. Pihak rumah sakit pasti bisa memberikan penjelasan dan alasan yang rasional, bisa jadi rumah sakit sedang 'gawat darurat', mendahulukan pasien-pasien yang nyaris koma. Inilah 'diskrimasi' rumah sakit yang dilegalkan bahwa rumah sakit mendahulukan melayani pasien yang harapan hidupnya sisa beberapa persen.

RumahSakit itu, akar layanannya adalah kemanusiaan, sosial dan bukan kapitalisme. Perkara implementasinya kadang terkesan kapitalis, itu medan perseptual kita, dan bila itu terjadi, maka hitung-hitunglah berapa persenkah yang melakukannya karena masih lebih banyak dokter yang mematuhi sumpahnya, melayani pasien bertonggak pada wujud nurani kemanusiaannya bahwa ia benar-benar ingin menyelamatkan nyawa seseorang.

Jangan Provokasi Pasien!

Keluarga pasien yang mudah bereaksi dan marah-marah, sesungguhnya ia telah memprovokasi pasien yang juga keluarganya. Padahal pasien itu wajib ditenangkan sesuai dengan statusnya: Patient (tenang, sabar, tabah). Sebagai keluarga pasien, posisinya harus netral, tak mengambil proporsi yang tak seimbang, sebab dokter-pasien adalah mitra, lahan kooperatif. Keluarga pasien adalah jembatan dari keduanya. Semua demi percepatan kesembuhan pasien dan optimalisasi kinerja dokter/medis dan paramedis lainnya. Pastinya seorang dokter setia dengan motto lainnya: "First Do No Harm" (Jangan celakakan orang, itu yang utama).

Apakah penulis menyalahkan aksi-aksi nonverbal dan verbal pada keluarga pasien? Oh, tidak! Kenapa? Karena penulis insyaf full bahwa ini soal ignorance, soal ke-belumtahu-an hakikat layanan rumah sakit. Apakah keluarga pasien 'bodoh?', lagi-lagi bukan bodoh. Ini perkara belum terjamahnya medan perseptual keluarga pasien. Penulis berharap agar keluarga pasien belajar menyikapi layanan rumah sakit dengan hati dingin, toh demi kenyamanan keluarga Anda yang sedang dalam therapy and treatment. Pasien itu memanglah hobi berkeluh karena ia dalam posisi lemah. Rumah sakit sementereng apa pun itu, keluhan pasien takkan pernah raib, itu hukum alam. So keluarga pasien, janganlah marah-marah, karena semua bisa dikomunikasikan dengan sederhana. Dan rumah sakit-keluarga pasien, pastinya menyayangi orang yang sedang terbaring lunglai di bangsal itu, tak ingin kehilangan dia untuk selamanya, bukan?^^^

Semoga bermanfaat dan...... salam Hypocrates

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun