Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Honornya Masuk Rekening Mama, Ya!?

5 Januari 2020   03:26 Diperbarui: 5 Januari 2020   03:28 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/liputan6.com

Terkadang saya jadi tertawa sendiri dengan sikap istri atas hobi  menulis yang saya jalani selama ini.

Ketika saya sedang menghadapi laptop, atawa membaca buku, selalu saja membuat saya terganggu. 

Betapa tidak. Kalau tidak ngomel-ngomel, maka menutup pintu dengan cara dibanting, atawa hilir-mudik keluar-masuk kamar tempat saya melakukan aktivitas tersebut, merupakan hal yang tak pernah dilewatkan.

Terlebih lagi di saat meminta uang untuk belanja kuota internet bulanan, maka omelannya pun akan semakin menjadi-jadi.

Menyikapi hal itu, dalam hati  saya memang selalu muncul perasaan jengkel, dan ingin balik mengomelinya.

Akan tetapi, di saat menerima pemberitahuan via email dari pihak media, bahwa tulisan yang saya kirim telah dimuat, dan meminta saya untuk nengirim nomor rekening, sikap isteri pun berbalik seratus delapan puluh derajat.

Dengan muka ceria, dia memberikan nomor rekening bank miliknya, saat saya memintanya. Karena sudah komitmen saya, setiap ada honorarium dari media yang memuat tulisan saya, harus masuk ke rekening ibunya anak-anak.

Selain karena memang saya tak biasa memegang uang, juga saya berharap jika hobi menulis yang saya tekuni selama ini bukan sesuatu hal yang sia-sia.

Sungguh. Setelah resign dari pekerjaan yang memang tidak lepas dari kegiatan tulis-menulis, karena usia yang sudah semakin tua, mungkin dianggapnya kegiatan menulis yang saya tekuni tak lagi menghasilkan finansial.

Bahkan dianggapnya hanyalah membuat repot dirinya saja. 

Selain karena selalu harus membuatkan kopi yang lebih dari biasanya, maksud saya kalau seang menulis saya biasa harus ditemani kopi, ditambah lagi anggaran untuk kuota internet, dan uang bensin untuk mengunjungi perpustakaan di kota, adalah mungkin juga sebagai beban tambahan baginya.

Belum lagi kalau sakit pinggang, atawa asam urat kumat, sudah pasti dirinya yang harus mencari obat. Paling tidak jadi tukang urut amatir yang selalu harus siap.

Apa boleh buat. Menyikapi sikap ibunya anak-anak, saya memang harus melunak. 

Bisa jadi istri saya bersikap seperti itu, bukan karena beranggapan kegiatan menulis sebagai hal yang sia-sia, atawa tidak menambah penghasilan. 

Bukan. Bukan itu. Melainkan karena waktu untuk berduaan saja banyak disita oleh kegiatan saya yang satu itu.

Bagaimanapun memang begitulah kenyataannya. Menulis dan membaca, merupakan kegiatan yang terkesan tidak peduli terhadap keadaan sekitarnya. Termasuk keluarga sendiri.

Terlebih lagi di saat seperti sekarang ini, jelang usia semakin renta, kebersamaan dengan pasangan hidup frekwensinya butuh waktu yang lebih dari sebelumnya. 

Walhasil, saya harus bisa mengatur waktu antara menulis dengan kebersamaan denfan istri, haruslah seimbang.

Begitu kira-kira.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun