Antara Tabu dan Sungkan Blak-blakan pada Pasangan
Bisa jadi di tengah masyarakat, apabila membicarakan masalah seksual, masih dianggap merupakan sesuatu hal yang pamali, alias tabu.
Pernah sekali waktu, dalam sebuah obrolan ringan dengan seorang kerabat wanita, ada pengakuan serupa Yuni Shara. Saudara sepupu penulis yang sekarang ini sudah berumah tangga selama 35 tahun, mengaku belum pernah tahu apa yang disebut orgasme itu.
Selama ini, dengan anak tiga dan cucu lima, ia mengaku hubungan suami-isteri di atas ranjang semata-mata hanya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang isteri yang harus setia kepada suaminya.
Usai menyampaikan pengakuannya itu, ia seolah sadar, merasa telah keceplosan membicarakan sesuatu yang dianggapnya sebagai sesuatu yang sifatnya pribadi.
Sehingga ia pun mewanti-wanti agar jangan sampai orang lain menjadi tahu.
Ketika penulis tanyakan, apakah masalahnya itu pernah dibicarakan dengan suaminya? Dia pun menggeleng lesu. Alasannya karena takut Sang Suami malah menganggap dirinya seorang perempuan yang banyak tingkah.
Maka selain faktor tabu, masalah komunikasi dengan pasangan pun menjadi faktor penyebabnya juga. Anggapan kedudukan kaum pria lebih tinggi dari kaum wanita, memang sepertinya masih berlaku di kalangan masyarakat kita.
Sehingga bagi seorang suami yang berwatak egois, dan ingin menang sendiri, acapkali terjadi dalam hubungan suami-isteri. Masalah puas dan tidaknya yang dialami Sang Istri tidaklah dipedulikannya sama sekali.
Peran Suami dan Pentingnya Komunikasi
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan sulitnya mencapai orgasme, atawa puncak kenikmatan hubungan suami-isteri, peran suami pun dianggap sebagai hal yang harus diperhatikan juga.