Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Curhat" Yuni Shara dan Problem Kepuasan Wanita

1 Januari 2020   17:44 Diperbarui: 4 Januari 2020   00:01 10433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuni Shara (Sumber: YouTube/Deddy Corbuzier)

Jelang tutup tahun 2019, publik dikejutkan oleh pengakuan artis penyanyi Yuni Shara kepada Deddy Corbuzier yang ditayangkan dalam channel Youtube miliknya.

Penyanyi cantik dan masih kelihatan muda dalam usia 47 tahun itu, dengan lugas dan blak-blakan, mengaku kepada Deddy Corbuzier, bahwa sejak pernikahannya yang pertama dengan Raymond Manthey di tahun 1993 lalu, hingga kembali menikah dengan Henry Siahaan pada 2002, kakak dari penyanyi Krisdayanti itu belum pernah merasakan orgasme, atawa puncak kepuasan saat berhubungan badan.

Adapun yang menjadi penyebabnya, aku Yuni, dalam pernikahan pertama dengan Raymond Manthey yang hanya bertahan selama empat bulan, ia pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

"Itu yang (pernikahan) pertama aku masih muda, jadi itu sangat membekas," akunya.

"Jadi aku enggak terlalu kepengin (berhubungan seksual) waktu itu. Jadi kalau aku berhubungan, aku (cuma) melayani, iya."

"Kalau dia marah, dia kasar. (Setelah itu) dia minta maaf berlebihan, psyco," imbuh Yuni.

Saking trauma dengan kehidupan pernikahannya yang dipenuhi dengan kekerasan, Yuni Shara merasakan imbasnya sampai ke kehidupan seksualnya.

Trauma seksual yang dialaminya itu, masih tetap dirasakan saat menikah untuk kedua kalinya dengan Henry Siahaan, sampai akhirnya bercerai di tahun 2008.

Sejak bercerai dengan Henry hingga saat ini, tepatnya dalam kurun waktu dua belas tahun lamanya hidup sorangan wae, alias menjanda, Yuni justru mengaku bisa mencapai klimaks kepuasan seksual dengan alat bantu sex yang diperolehnya di sex shop.

Pengakuan Yuni Shara yang tanpa tedheng aling-aling, seakan membuka mata sebagian besar kaum wanita di sekitar kita.

Betapa tidak, karena tidak hanya di pelosok desa, di kota pun masih banyak kaum Hawa yang tidak berani bicara terbuka tentang masalah seksual yang ia alami saat berhubungan badan dengan suaminya.

Antara Tabu dan Sungkan Blak-blakan pada Pasangan

Bisa jadi di tengah masyarakat, apabila membicarakan masalah seksual, masih dianggap merupakan sesuatu hal yang pamali, alias tabu.

Pernah sekali waktu, dalam sebuah obrolan ringan dengan seorang kerabat wanita, ada pengakuan serupa Yuni Shara. Saudara sepupu penulis yang sekarang ini sudah berumah tangga selama 35 tahun, mengaku belum pernah tahu apa yang disebut orgasme itu.

Selama ini, dengan anak tiga dan cucu lima, ia mengaku hubungan suami-isteri di atas ranjang semata-mata hanya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang isteri yang harus setia kepada suaminya.

Usai menyampaikan pengakuannya itu, ia seolah sadar, merasa telah keceplosan membicarakan sesuatu yang dianggapnya sebagai sesuatu yang sifatnya pribadi.

Sehingga ia pun mewanti-wanti agar jangan sampai orang lain menjadi tahu.

Ketika penulis tanyakan, apakah masalahnya itu pernah dibicarakan dengan suaminya? Dia pun menggeleng lesu. Alasannya karena takut Sang Suami malah menganggap dirinya seorang perempuan yang banyak tingkah.

Maka selain faktor tabu, masalah komunikasi dengan pasangan pun menjadi faktor penyebabnya juga. Anggapan kedudukan kaum pria lebih tinggi dari kaum wanita, memang sepertinya masih berlaku di kalangan masyarakat kita.

Sehingga bagi seorang suami yang berwatak egois, dan ingin menang sendiri, acapkali terjadi dalam hubungan suami-isteri. Masalah puas dan tidaknya yang dialami Sang Istri tidaklah dipedulikannya sama sekali.

Peran Suami dan Pentingnya Komunikasi

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan sulitnya mencapai orgasme, atawa puncak kenikmatan hubungan suami-isteri, peran suami pun dianggap sebagai hal yang harus diperhatikan juga.

Sudah seharusnya dalam hal ini suami mampu menghilangkan egonya. Tidak lagi menganggap isterinya sebagai tempat pemuas kebutuhan dirinya sendiri. Sebaliknya seorang suami harus bersikap sebagai pasangan yang serasi, dan mampu memberikan kepuasan terhadap Sang Isteri.

Selain itu, perlu juga adanya keterbukaan kedua belah pihak. Membicarakan masalah seksual dengan pasangan jangan sampai dianggap sesuatu yang pamali, atawa tabu lagi.

Demi keutuhan rumah tangga, komunikasi antara suami dengan isteri memiliki peran yang penting sekali. Termasuk dalam urusan di atas ranjang, tentu saja.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun