Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sudahlah, Jangan Tuduh Istri Saya Punya Selingkuhan

20 Desember 2019   21:52 Diperbarui: 20 Desember 2019   22:33 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman saya, Kang Ujang (52), seorang sopir bus antar kota antar provinsi. Sudah lama juga Kang Ujang menjalani profesinya itu. Seingat saya mungkin sejak ia masih bujangan, sekitar usianya menginjak 20 tahunan.

Tidak aneh memang, karena Kang Ujang berasal dari keluarga yang hampir semuanya menjadi sopir bus AKAP. Mulai dari ayahnya, sampai semua saudaranya. Hanya saja karena sudah tua, ayahnya sudah berhenti bekerja sebagai sopir, dan sekarang ini lebih dikenal sebagai merbot di masjid jami kampung kami.

Biasanya kehidupan orang yang berprofesi sebagai sopir, di mata masyarakat  dikenal rada-rada  berbeda dengan mereka yang menjalani kehidupan lainnya. Selain membutuhkan nyali yang lebih, karena harus bertanggung jawab terhadap nyawa puluhan penumpang yang diangkutnya dalam perjalanan ratusan kilometer, juga dipandang sering mendapatkan hiburan lain selama dalam perjalanan.

Apa lagi kalau bukan masalah perempuan. Selain mungkin saja seorang perempuan yang jadi penumpang, dan kebetulan hanya sorangan, sementara paras dan penampilannya cukup mengundang, tidak menutup kemungkinan akan menjadi godaan yang sulit dihindarkan.

Begitu juga bila saat tiba di terminal terakhir yang biasa menjadi tujuan, dan sebelum berangkat kembali ke kota asal, praktis harus cukup istirahat paling tidak dalam waktu satu malam. Sehingga dapat dibayangkan di sebuah terminal yang berada di sebuah kota besar, seorang sopir yang sedang berjauhan dengan anak dan istrinya, tidak menutup kemungkinan mendapat godaan wanita penjaja cinta semalam yang berkeliaran.

Demikian juga dengan yang dialami Kang Ujang. Masalah perempuan di jalan maupun di terminal dianggap sudah bukan hal yang aneh lagi. Hanya saja semenjak beberapa tahun yang lalu mengalami sakit parah yang dideritanya cukup lama juga, ketika kembali sembuh tampaknya ada perubahan pada diri Kang Ujang.

"Saya sadar, kehidupan ini seperti roda bus yang tak henti berputar ketika melaju di jalan. Saat saya menderita sakit, begitu banyak hikmah yang dapat saya petik. Ternyata hidup ini tidak akan sehat saja selamanya. Juga tidak akan tetap muda dan berotot saja.Ternyata sekarang ini di rumah saya sudah dipanggil sebagai kakek oleh sembilan orang cucu dari tiga anak kami yang sudah berkeluarga.

Seperti bus yang saya bawa dari terminal asal yang berangkat pagi hari, bisa jadi perjalanan yang saya tempuh sudah hampir mendekati terminal tujuan yang terakhir. Sebagaimana yang biasa diisyaratkan kondektur kami kepada seluruh penumpang agar bersiap karena sudah hampir tiba di tujuan. Demikian juga dengan kehidupan saya. Saya sudah harus bersiap-siap, paling tidak berkemas-kemas dan memeriksa barang bawaan, agar jangan sampai ada yang tertinggal manakala bus sudah tiba ti terminal."

Mendengar pengakuan Kang Ujang yang dikatakannya saat kami bertemu di sore hari tadi, usai berjamah salat Asar di masjid jami, karena kebetulan sedang mengambil liburan, saya dibuatnya terharu juga. sementara di sisi lain, apa yang diucapkannya barusan, membuat saya terkagum-kagum.

Betapa tidak, seorang sopir bus ternyata bisa juga berfilsafat yang lumayan dalam. Bisa jadi selama dalam perjalanan, atawa di saat dulu ia menderita sakit, Kang Ujang seringkali berkontemplasi.

Bahkan sikapnya terhadap isu yang beredar beberapa waktu lalu, tentang skandal perselingkuhan istrinya dengan seorang lelaki yang masih satu kampung dengan kami, Kang Ujang sama sekali tidak mempercayainya.

Sebagaimana yang dikatakannya, dirinya sangat percaya akan kesetiaan istrinya. Walaupun ketika itu, bukan hanya orang lain saja yang seringkali melihat istrinya tengah berduaan dengan lelaki itu, keluarga dan ayah Kang Ujang sendiri pernah juga memergokinya.

Bahkan ayahnya pun pernah langsung menyampaikan hasil 'temuannya' itu kepada Kang Ujang. Akan tetapi Kang Ujang pun keukeuh dengan sikapnya. Kalau tidak melihat dengan mata sendiri, informasi dari manapun tentang perselingkuhan itu, dirinya tidak akan pernah mempercayainya.

Terlebih lagi, istrinya pun setiap kali telah bertemu dengan lelaki yang dicurigai banyak orang sebagai selingkuhannya, selalu berterus terang kepada Kang Ujang.

Bahwa setiap kali bertemu dengan lelaki itu, bukanlah sesuatu hal yang direncanakan, atawa ada janji sebelumnya. Semata-mata hanya suatu kebetulan saja.

"Percuma saja saya salat dan ngaji saban hari," demikian kilah istrinya.

Memang tidak dipungkiri, aku istrinya, lelaki itu yang jelas-jelas sudah berkeluarga, di saat sedang berduaan selalu saja menggodanya. Malah menyuruhnya untuk minta cerai saja, dan ia siap untuk menikahinya. Akan tetapi dirinya hanya tertawa saja menanggapinya. Mustahil itu dilakukan. Istrinya tetap akan setia. Apa lagi sekarang ini usianya sudah merangkak tua.

Keterusterangan istri saya itu yang membuat saya percaya," kata Kang Ujang. 'Terlebih lagi lelaki itu sekarang sudah meninggal dunia," imbuhnya.

Mendengar penuturan sopir bus yang bertetangga dengan saya itu, terus terang, saya sendiri tak mampu berkata-kata lagi.

Hanya saja di dalam hati, muncul perdebatan yang sulit dikendalikan.

Di saat kematian lelaki yang diisukan sebagai selingkuhan istrinya itu, saya mendengar dari para tetangga, istrinya Kang Ujang menangis sesunggukan. Bahkan kepada salah seorang perempuan yang dekat dengannya, istri kKang Ujang mengaku sampai merasa kehilangan.

Apakah yang dikatakan Kang Ujang benar-benar tulus, keluar dari hatinya yang paling dalam, atawa hanya sekedar kamuflase dari hal yang sesungguhnya. Paling tidak karena dirinya sendiri, sebagai sopir bus, sebagaimana akunya, bukanlah seorang lelaki yang suci. Sehingga kalau pun tokh benar istrinya telah bermain hati dengan pria lain yang beristri, dianggap oleh Kang Ujang sebagai karma bagi dirinya juga.

Demikian juga halnya dengan keterusterangan istrinya. Bisa jadi pula hanya sebagai pemanis bibir saja. Sekedar  untuk menutupi kejadian yang sesungguhnya. Karena mustahil isu skandal itu muncul jika tak ada api yang membakarnya.

Ah, tapi sudahlah. Tidak baik juga bergunjing masalah keburukan orang. Apa lagi saya sendiri belum pernah melihatnya. Hanya sebatas mendengar dari mulut ke mulut saja.

Lebih baik saya positif thinking saja. Saya salut dengan pernyataan Kang Ujang. Walaupun telinganya banyak mendengar isu-isu yang sebenarnya cukup menyakitkan itu, tapi Kang Ujang total dengan keyakinannya. Kalau tidak melihat dengan mata sendiri, ia tidak akan pernah percaya dengan semuanya.

"Sudahlah. Jangan tuding istri saya berbuat macam-macam, karena saya sendiri tidak akan pernah mempercayainya. Semuanya saya anggap cuma hoax saja."

Tabik, Kang Ujang!***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun