Sebagaimana yang dikatakannya, dirinya sangat percaya akan kesetiaan istrinya. Walaupun ketika itu, bukan hanya orang lain saja yang seringkali melihat istrinya tengah berduaan dengan lelaki itu, keluarga dan ayah Kang Ujang sendiri pernah juga memergokinya.
Bahkan ayahnya pun pernah langsung menyampaikan hasil 'temuannya' itu kepada Kang Ujang. Akan tetapi Kang Ujang pun keukeuh dengan sikapnya. Kalau tidak melihat dengan mata sendiri, informasi dari manapun tentang perselingkuhan itu, dirinya tidak akan pernah mempercayainya.
Terlebih lagi, istrinya pun setiap kali telah bertemu dengan lelaki yang dicurigai banyak orang sebagai selingkuhannya, selalu berterus terang kepada Kang Ujang.
Bahwa setiap kali bertemu dengan lelaki itu, bukanlah sesuatu hal yang direncanakan, atawa ada janji sebelumnya. Semata-mata hanya suatu kebetulan saja.
"Percuma saja saya salat dan ngaji saban hari," demikian kilah istrinya.
Memang tidak dipungkiri, aku istrinya, lelaki itu yang jelas-jelas sudah berkeluarga, di saat sedang berduaan selalu saja menggodanya. Malah menyuruhnya untuk minta cerai saja, dan ia siap untuk menikahinya. Akan tetapi dirinya hanya tertawa saja menanggapinya. Mustahil itu dilakukan. Istrinya tetap akan setia. Apa lagi sekarang ini usianya sudah merangkak tua.
Keterusterangan istri saya itu yang membuat saya percaya," kata Kang Ujang. 'Terlebih lagi lelaki itu sekarang sudah meninggal dunia," imbuhnya.
Mendengar penuturan sopir bus yang bertetangga dengan saya itu, terus terang, saya sendiri tak mampu berkata-kata lagi.
Hanya saja di dalam hati, muncul perdebatan yang sulit dikendalikan.
Di saat kematian lelaki yang diisukan sebagai selingkuhan istrinya itu, saya mendengar dari para tetangga, istrinya Kang Ujang menangis sesunggukan. Bahkan kepada salah seorang perempuan yang dekat dengannya, istri kKang Ujang mengaku sampai merasa kehilangan.
Apakah yang dikatakan Kang Ujang benar-benar tulus, keluar dari hatinya yang paling dalam, atawa hanya sekedar kamuflase dari hal yang sesungguhnya. Paling tidak karena dirinya sendiri, sebagai sopir bus, sebagaimana akunya, bukanlah seorang lelaki yang suci. Sehingga kalau pun tokh benar istrinya telah bermain hati dengan pria lain yang beristri, dianggap oleh Kang Ujang sebagai karma bagi dirinya juga.