Problema kehidupan sepasang suami istri, sepertinya bukan hanya 1001 macam sahaja. Akan tetapi bisa jadi ibarat bintang yang berkelip di langit saking banyaknya. Sedangkan untuk menyelesaikan satu masalah saja terkadang begitu rumit, bagaikan benang kusut saja laiknya.
Mulai dari urusan nafkah yang berupa sandang, pangan, papan, uang, sampai nafkah bathin yang tempatnya di atas ranjang, di dalamnya masih juga ditemukan anak dan cucu hingga cicitnya (Kayak BUMN saja, euy!) dari masalah yang disebutkan.
Betapa tidak. Karena masalah nafkah juga seorang istri buntutnya bisa berlari ke pria idaman lain. Baik disebabkan oleh masalah nafkah lahir maupun bathin. Barangkali itu yang disebut anak masalahnya. Lalu bila perselingkuhan itu diketahui hingga terjadi keributan, maka bisa jadi dikatakan sebagai cucunya. Sedangkan buntut dari keributan itu sampai terjadi perceraian, bolehlah kita namakan cicitnya problema itu.
Sebagaimana yang dialami teman sekampung saya. Belakangan ini, katanya, istrinya selalu saja pergi tanpa berpamitan, dan bila kembali tanpa mengucap salam. Apa lagi sampai mencium tangan. Sama sekali tak pernah dilakukan.
"Kok seperti mantra jelangkung saja, ya?" komentar saya secara spontan, "Hanya bedanya mungkin kalau mantra jelangkung datang tak diundang dan pulang tidak diantar."
Teman saya hanya tersenyum kecut. Sementara saya meras geli sendiri. Tapi tidak. Saya harus berempati kepadanya. Paling tidak bersikap sebagai pendengar yang baik dari segala curahan hatinya. Siapa tahu setelah semua unek-uneknya dikeluarkan semuanya akan hilang. Malahan kalau bisa, saya ikut membantu mencari jalan keluar dari masalahnya itu.
"Saya jadinya merasa terasing di rumah sendiri, Kang," keluhnya kemudian.
"Sejak kapan istrimu berubah seperti itu?"
"Pokoknya sejak saya di PHK. Sampai sekarang mungkin sudah sekitar lima tahun sikap istri saya jadi begitu."
"Sudah cukup lama juga. Dan selama itu kamu tidak pernah menanyakan, kenapa istrimu bersikap demikian? Pergi kemana saja, atawa untuk apa kepergiannya itu?"
Dia menggeleng pelan. Lalu dengan suara bergetar, ia bicara lagi.