Sajadah saya hamparkan di depannya. Lalu saya tunaikan salat malam, seraya memohon doa agar hati saya diberi ketabahan.
Esok paginya, seusai salat Subuh, istri saya sedang mempersiapkan sarapan di dapur. Sementara saya diam-diam membuka handphone miliknya yang tergeletak di atas bantal. Sungguh. Baru sekali itu saya berani memegang hape istri saya. Karena terdorong rasa penasaran, ingin mengetahui dengan siapa ia bicara tadi malam.
Saya pun merasa kaget dibuatnya nomor terakhir yang masuk adalah nomor seseorang yang saya kenal. Malahan yang lebih kaget lagi, ada beberapa pesan pendek dari orang itu yang isinya sangat pribadi. Dan arahnya apa lagi kalau antara keduanya ada jalinan hubungan spesial."
"Siapa lelaki itu?" saya pun menjadi penasaran dibuatnya.
"Ternyata orang pintar yang pernah kami datangi..." sahutnya lesu.
"Apa tindakanmu selanjutnya setelah mengetahui hal itu?"
"Saya tidak bertindak apa-apa. Tetap bersikap seperti biasa. Karena ingin mengetahui lebih jelas lagi. Paling tidak skandal itu ingin didengar dan dilihat  oleh saya sendiri.
Hari menjelang siang, saya berpura-pura berangkat ke kebun. Sementara istri saya sebagaimana biasa berangkat ke sekolah tempatnya mengajar. Setelah agak jauh, diam-diam saya menguntitnya dari belakang.
Memang ia masuk ke sekolah hari itu. Tapi saya tetap mengawasinya dari kejauhan. Dan dari tempat yang tersembunyi.
Begitu terdengar bunyi bel tanda istirahat, tak berapa lama tampak istri saya berdiri di gerbang sekolah. Matanya kelihatan seperti sedang mencari sesuatu.Â
Selang beberap menit kemudian muncul sepeda motor yang dikendarai orang pintar yang kami kenal itu. Sesaat keduanya kelihatan berbicara, lalu istri saya naik di belakang sepeda motor yang dikendarai lelaki itu. keduanya berboncengan menuju arah kota kabupaten.