Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ngintip Pengantin Baru di Malam Jumat

12 Desember 2019   22:26 Diperbarui: 12 Desember 2019   22:31 2616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (cerita lucu-Blogger.com)

Kang Ujang terpaksa menelan kekecewaan. Malam Jum'at yang biasanya penuh dengan kehangatan, sesuai sunah Nabi, untuk memberikan nafkah bathin kepada isteri, kali ini sama sekali tidak dapat dilaksanakan.

Ketika masuk pukul sembilan malam, anak-anak sudah pada masuk kamar, Kang Ujang mencolek pinggang istrinya yang sedang asyik menonton sinetron kesukaannya di layar televisi.

Istrinya menggelinjang kegelian. Sejurus kemudian, tampaknya istrinya pun mengerti colekan Kang Ujang.

Sambil mengerling manja, istrinya berkata pelan, "Sedang ada tamu, Kang... "

Mendengar bisikan istrinya, seketika itu juga berahi Kang Ujang langsung padam. Mukanya disetel cemberut. Tanpa permisi lagi, dia langsung cabut. Keluar rumah.

Langkah Kang Ujang yang masih uring-uringan, tak jelas hendak pergi ke mana. Pos kamling yang biasa tempat mangkalnya, kali ini tak menarik perhatiannya lagi. Padahal di sana ada dua orang temannya yang mendapat tugas ronda. Bahkan tegur-sapa keduanya pun seolah tidak didengarnya.

Dengan kepala menunduk, Kang Ujang terus melangkah. Menyusuri gang yang kadang temaram, dan terkadang mengelam. Karena lingkungan tempat tinggalnya tidak sepadat di kota. Dari satu rumah ke rumah lain, seringkali dibatasi oleh kebun buah-buahan yang daunnya rindang. Sehingga sinar lampu dari halaman rumah yang satu tidak tersambung dengan cahaya lampu dari rumah lainnya. Dan bayangan tubuh Kang Ujang pun tampak timbul tenggelam. Kadang ada, kadang ditelan kegelapan.

Langkah kaki Kang Ujang tetiba terhenti saat mencapai ujung gang. Telinganya mendengar suara percakapan yang datang dari sebuah rumah. Sepertinya percakapan antara seorang perempuan dengan seorang lelaki. Bisa jadi antara seorang istri dengan suaminya.

Akan tetapi bukan itu masalahnya. Percakapan itu kedengarannya begitu romantis di telinga Kang Ujang. Suara perempuan terdengar begitu manja. Sedangkan suara lelakinya seperti sedang dilanda gelora asmara.

Tak syak lagi. Di rumah itu kemarin telah dilangsungkan pesta pernikahan anak perempuan tetangganya. Kang Ujang pun ikut menghadirinya. Bisa jadi malam ini mempelai pengantin baru itu sedang menikmati bulan madu.

Mata Kang Ujang menjadi nanar dibuatnya. Degup jantungnya pun jadi bertalu-talu. Sementara kedua kakinya malah gemetar tidak karuan. Hanya saja karena dorongan hatinya juga, perlahan ia melangkahkan kakinya. Mendekati ke arah datangnya percakapan yang mengundang rangsang itu.

Kebetulan lampu di halaman rumah semi permanen itu temaram cahayanya. Setelah tengok kiri-kanan, kemudian lihat ke depan dan ke belakang berulang-ulang, Kang Ujang mendekati rumah itu.

Pantesan terdengar jelas percakapan itu, karena rupanya kamar pengantin letaknya di kamar depan. Lalu Kang Ujang pun mencari posisi yang aman. Kiranya di halaman samping dekat kamar depan ada pohon mangga yang cukup rindang. Dari sanalah Kang Ujang mulai beraksi untuk mengintip apa yang terjadi di dalam kamar.

Hanya saja sungguh sayang seribu sayang. Kang Ujang tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam. Meskipun memang ada berkas cahaya yang lewat dari celah daun jendela, celah itu pun tak membuat matanya dapat leluasa untuk mengintip keadaan. Soalnya terhalang oleh tirai pelapis jendela.

Apa boleh buat. Hanya dengan mendengar saja juga tak mengapa. Anggap sedang mendengarkan sandiwara radio saja. Sandiwara yang penuh dengan gelora asmara. Pengobat kecewa yang sejak tadi memenuhi dadanya.

'Aduuuh... Aa (Panggilan sayang kepada suami), sakiiitt..." kata pengantin perempuan dengan nada mengiba.

"Nah, mulai!" bisik hati Kang Ujang. Jantungnya semakin berdegup tidak karuan. Ia kembali mencari-cari lubang kecil agar dapat bisa mengintip suasana di dalam yang dianggapnya mulai panas.

Tapi yang dicari tetap saja tidak ditemukannya. Sehingga ia pun kembali memasang telinga.

"Sempit ya, Neng?" tanya suaminya penuh rasa sayang.

"Iyyaaa... A." Sahutnya dengan nada manja.

"Coba pakai air ludah dulu, ya Neng?"

"Boleh, " jawab istrinya, "Mudah-mudahan bisa masuk, ya A?!"

Bisa jadi malam Jum'at ini baru memulai malam pertama, pikir Kang ujang. Hanya saja sayang tak dapat menyaksikannya secara visual. Kang Ujang hanya bisa membayang-bayangkan apa gerangan yang sedang terjadi di dalam kamar. Imajinasinya pun melayang-layang. Teringat saat dirinya menikmati malam pertama sepuluh tahun lalu bersama istrinya.

Keringat dingin bercucuran di sekujur tubuh Kang Ujang.

Sementara di dalam kamar, sepasang pengantin baru itu masih saja mencoba memasukkan sepatu hak tinggi dari kado yang diterimanya saat pesta pernikahan kemarin. Rupanya sepatu high hell itu kesempitan, tetapi pengantin perempuan tetap saja mencobanya untuk dipakai padahal ukuran kakinya memang kebesaran.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun