Begitu pula dengan larangan ekspor bibit lobster yang dilarang keras di jamannya Susi, oleh Edhy malah akan diperbolehkan. Keran ekspor akan dibuka lebar.
Sehingga peraturan Menteri nomor 56/2016 tentang Penangkapan Lobster yang melarang peredaran benih lobster di bawah 200 gram, akan segera dibuangnya ke laut. Eh, akan dicabut!
Kebijakan Edhy tersebut, disambut dengan suka-cita memang oleh para pengusaha. Ya, oleh mereka yang hanya berpikir tentang laba. Keuntungan yang akan diraup demi kekayaan dirinya sendiri, tentu saja. Sama sekali tak pernah melihat dampaknya di masa yang akan datang.
Lain lagi dengan komentar ekonom senior Faisal Basri, bahwa pencabutan larangan ekspor benih lobster akan sangat merugikan Indonesia.
Faisal menyayangkan setiap kebijakan di sektor kelautan dan perikanan justru tidak menjaga laut itu sendiri. Dia bilang seandainya keran ekspor benih lobster benar-benar dibuka, laut Indonesia justru akan tereksploitasi dan kembali hancur.
Tanpa tedeng aling-aling kebijakan Edhy tersebut dikatakan Faisal Basri sebagai sesuatu yang gila. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata gila adalah sakit ingatan (kurang beres ingatannya; sakit jiwa. Jadi maksudnya kurang lebih Edhy seorang yang sakit jiwa. Begitu?
Bahkan Susi Pudjiastuti pun menanggapi kebijakan penggantinya itu dengan nada kecewa. Dikatakannya lobster sangat bernilai ekonomi tinggi sehingga kelestariannya perlu dijaga. Terlebih lagi, Indonesia telah dianugerahi laut yang luas dan kaya sumber daya.
"Lobster yang bernilai ekonomi tinggi tidak boleh punah, hanya karena ketamakan kita untuk menjual bibitnya; dengan harga seperseratusnya pun tidak. Astagfirullah... karunia Tuhan tidak boleh kita kufur akan nikmat dari-Nya," tulis Susi Pudjiastuti di akun Twitternya.
Ya. Sebagai pemeluk agama Islam, Susi menghimbau dengan begitu kerasnya. Kufur itu artinya mengingkari. Jadi maksud Susi, Edhy jangan sampai mengingkari nikmat yang diberikan Tuhan.
Dengan mengeksploitasi kekayaan laut Indonesia secara semena-mena, dianggapnya Edhy pun sudah tak lagi ingat akan nasib anak-cucunya. Generasi muda yang akan menggantinya. Sudah tak peduli generasi yang akan datang tak akan mendapatkan warisan kekayaan alam negeri ini lagi.