Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menteri Edhy Memang Beda dengan Susi

11 Desember 2019   18:11 Diperbarui: 11 Desember 2019   18:56 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edhy Prabowo dan Susi Pudjiastuti (Kompas.com)

Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Indonesia Maju, Edhy Prabowo, tidak akan pernah bisa disamakan dengan Menteri Kelautan dan Perikanan yang digantinya, Susi Pudjiastuti.

Seorang teman bilang, meskipun dipaksakan harus sama, tetap saja tidak akan pernah bisa sama. Susi seorang perempuan. Sedangkan Edhy tokh laki-laki.

Susi hanyalah tamatan Paket C yang setara dengan SMA. Sementara Edhy, lulusan S2 Swiss German university The Prominence Tower Campus.

Edhy pun seorang wakil ketua umum partai politik. Kalau Susi berlatar belakang wirausaha.

Bisnis Susi bergerak di bidang perikanan laut. Dilakoni mulai dari nol hingga menjadi perusahaan perikanan yang lumayan besar. Memiliki maskapai penerbangan juga. Nama perusahaan angkutan penerbangannya Susi Air.

Demikian juga dalam kinerjanya. Jika keduanya dibanding-bandingkan, Edhy dan Susi bertolak belakang kelihatannya.

Susi seorang yang keukeuh, alias konsisten di dalam melaksanakan tugas yang diembannya. Sekalipun tidak sejalan dengan atasannya, dalam mengatasi illegal fishing misalnya.

Saat itu Susi menetapkan kebijakan, setiap kapal pencuri ikan dari negara manapun yang berhasil ditangkapnya harus ditenggelamkan. Menko Kemaritiman, Luhut B. Panjaitan menentangnya. Tapi Susi cuek saja, dan terus menenggelamkan kapal pencuri ikan.

Lain Susi, lain pula dengan Edhy.

Sepertinya Edhy seorang yang lemah hati. Begitu mudah diajak kompromi. Belum seratus hari jadi menteri, banyak kebijakan Susi yang diobrak-abriknya.

Penenggelaman kapal pencuri ikan, yang dimaksud Susi sebagai upaya efek jera, tak lagi dilakukan oleh penggantinya itu. Dalam hal ini tampaknya Edhy manut terhadap Luhut.

Begitu pula dengan larangan ekspor bibit lobster yang dilarang keras di jamannya Susi, oleh Edhy malah akan diperbolehkan. Keran ekspor akan dibuka lebar.

Sehingga peraturan Menteri nomor 56/2016 tentang Penangkapan Lobster yang melarang peredaran benih lobster di bawah 200 gram, akan segera dibuangnya ke laut. Eh, akan dicabut!

Kebijakan Edhy tersebut, disambut dengan suka-cita memang oleh para pengusaha. Ya, oleh mereka yang hanya berpikir tentang laba. Keuntungan yang akan diraup demi kekayaan dirinya sendiri, tentu saja. Sama sekali tak pernah melihat dampaknya di masa yang akan datang.

Lain lagi dengan komentar ekonom senior Faisal Basri, bahwa pencabutan larangan ekspor benih lobster akan sangat merugikan Indonesia.

Faisal menyayangkan setiap kebijakan di sektor kelautan dan perikanan justru tidak menjaga laut itu sendiri. Dia bilang seandainya keran ekspor benih lobster benar-benar dibuka, laut Indonesia justru akan tereksploitasi dan kembali hancur.

Tanpa tedeng aling-aling kebijakan Edhy tersebut dikatakan Faisal Basri sebagai sesuatu yang gila. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata gila adalah sakit ingatan (kurang beres ingatannya; sakit jiwa. Jadi maksudnya kurang lebih Edhy seorang yang sakit jiwa. Begitu?

Bahkan Susi Pudjiastuti pun menanggapi kebijakan penggantinya itu dengan nada kecewa. Dikatakannya lobster sangat bernilai ekonomi tinggi sehingga kelestariannya perlu dijaga. Terlebih lagi, Indonesia telah dianugerahi laut yang luas dan kaya sumber daya.

screenshot pribadi
screenshot pribadi
Dia pun menyebutkan, hendaknya manusia tidak boleh tamak alias serakah karena tergiur dengan harganya yang mahal itu, utamanya harga benih lobster yang melonjak drastis di pasar luar negeri.

"Lobster yang bernilai ekonomi tinggi tidak boleh punah, hanya karena ketamakan kita untuk menjual bibitnya; dengan harga seperseratusnya pun tidak. Astagfirullah... karunia Tuhan tidak boleh kita kufur akan nikmat dari-Nya," tulis Susi Pudjiastuti di akun Twitternya.

Ya. Sebagai pemeluk agama Islam, Susi menghimbau dengan begitu kerasnya. Kufur itu artinya mengingkari. Jadi maksud Susi, Edhy jangan sampai mengingkari nikmat yang diberikan Tuhan.

Dengan mengeksploitasi kekayaan laut Indonesia secara semena-mena, dianggapnya Edhy pun sudah tak lagi ingat akan nasib anak-cucunya. Generasi muda yang akan menggantinya. Sudah tak peduli generasi yang akan datang tak akan mendapatkan warisan kekayaan alam negeri ini lagi.

Tak syak lagi. Isi kepala Edhy memang beda dengan Susi.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun