Terlebih lagi bila memikirkan berbagai gangguan yang biasa menghadangku, kepalaku tambah mumet saja. Dan tanpa sadar aku sudah berada di beranda. Kulihat dua anak gadisku sedang asyik dengan gawainya.
Traraaa... Kenapa aku pun tidak mencoba untuk menulis di ponsel saja seperti anak gadisku? bukankah di ponsel pun ada aplikasi untuk membuat tulisan.
Segera aku pun kembali ke kamar. Untuk mencoba menulis di ponsel, tentu saja.
Pada mulanya gamang juga aku menggunakannya memang. Karena selama ini memang terbiasa menggunakan laptop saja. Apa boleh buat, aku harus mencobanya. Aku tidak boleh mengandalkan satu alat saja. Supaya tidak uring-uringan dan sampai putus asa lagi.
Bahkan kalau dipikir-pikir, memang sewaktu belum ada ponsel pintar, laptop, dan komputer, aku biasa belajar menulis pada mesin tik manual yang bunyinya saat mengetik bisa mengganggu tetangga sekitar yang sedang asyik dibuai mimpi.
Begitu juga saat sebelum menggunakan mesin tik, bukankah aku biasa menulis pakai tangan, dengan pulpen yang dituliskan pada selembar kertas bergaris, atawa juga pada sebuah buku tulis?
Gitu aja kok repot. Kalau memang sungguh-sungguh ingin belajar menulis, sebenarnya tidak usah terpaku pada alat-alat canggih jaman now saja. Pulpen dan kertas pun sepertinya masih oke-oke saja untuk kita pakai.
Sehingga pepatah lama: Tak ada rotan akar pun jadi, bisa jadi masih berlaku dalam hal ini. Â ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H