Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mau Menulis Pun Memang Banyak Gangguannya

16 Oktober 2018   20:28 Diperbarui: 16 Oktober 2018   20:37 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: abahraka.com)

Sudah tiga hari ini program msword pada laptop ngadat. Baru satu-dua kalimat aku mengetik, selalu saja berhenti. Lalu di layar muncul pemberitahuan: Microsoft Word is restarting...dst. setelah berhenti barang satu menit, layar kembali pulih, tapi kalimat yang tadi ditulis hilang  entah kemana.

Saya pun mencoba untuk mengulanginya. Tetapi hal serupa terus berulang kembali. Sehingga saya pun merasa putus asa. Bisa jadi yang dikatakan tukang reparasi langganan benar. Hardware, atawa piranti keras laptopku sudah rusak, dan harus diganti. Atawa kalau perlu diganti sekalian dengan laptop yang baru. Begitu katanya saat aku memperbaiki laptopku tiga bulan lalu.

Itulah masalahnya. Boro-boro untuk membeli laptop baru, untuk mengganti piranti keras saja sekarang ini aku terpaksa menyerah pasrah. Uang sebesar Rp 750 ribu adalah sesuatu yang hanya ada di dalam angan-angan saja. Kantong maupun dompet isinya sungguh-sungguh kosong. Cuma  KTP, SIM, dan beberapa Idcard lainnya yang tersisa. 

Sesaat aku menjadi uring-uringan karenanya. Bagaimana pun bahan yang harus dituangkan sudah membludak dalam kepala. Tetapi untuk mengetiknya saja sudah tak bisa sebagaimana biasanya. Kepala yang tak gatal pun jadi sasaran. Aku menggaruk-garuknya sehingga rambut yang sudah agak gondrong pun acak-acakan tak beraturan.

Selang beberapa menit kemudian, aku beranjak dari kursi. Tujuanku adalah ruang makan. Barangkali di kulkas masih ada minuman dingin. Ketika kubuka, yang ada hanya botol-botol kosong saja. ditambah dengan sayuran mentah. Dan aku semakin pusing saja dibuatnya.

Dari ruang makan, tidakdak kembali ke kamar. Melainkan langsung menuju ke depan. 

Angin kemarau menyambut kehadiranku di teras. Sementara di angkasa, awan hitam berlarian dalam keremangan cahaya bulan.

Sambil duduk seorang diri, kupikir-pikir jangankan akan bisa menjadi penulis profesional, baru belajar sebagai amatiran saja begitu banyak rintangannya.

Kalau tidak mengalami writer block sebagaimana yang beberapa kali terjadi, ya laptopnya ngadat lagi seperti sekarang ini. Belum lagi dengan gangguan lainnya. Seperti nyinyiran ibunya anak-anak. Mungkin karena aku terlalu asyik sendiri, sehingga dirinya merasa sudah tidak diperhatikan lagi. Sementara yang paling sering kualami adalah pas saat hendak memposting artikel, kuota internetnya habis! Alamak... Mana malam sudah larut lagi.

Rasanya kalau dingat-ingat, begitu banyak gangguan, halangan, atawa rintangannya dalam melakukan kegiatan menulis ini.

Sungguh. Seperti sekarang ini saja. aku hanya bisa uring-uringan saja dibuatnya.

Terlebih lagi bila memikirkan berbagai gangguan yang biasa menghadangku, kepalaku tambah mumet saja. Dan tanpa sadar aku sudah berada di beranda. Kulihat dua anak gadisku sedang asyik dengan gawainya.

Traraaa... Kenapa aku pun tidak mencoba untuk menulis di ponsel saja seperti anak gadisku? bukankah di ponsel pun ada aplikasi untuk membuat tulisan.

Segera aku pun kembali ke kamar. Untuk mencoba menulis di ponsel, tentu saja.

Pada mulanya gamang juga aku menggunakannya memang. Karena selama ini memang terbiasa menggunakan laptop saja. Apa boleh buat, aku harus mencobanya. Aku tidak boleh mengandalkan satu alat saja. Supaya tidak uring-uringan dan sampai putus asa lagi.

Bahkan kalau dipikir-pikir, memang sewaktu belum ada ponsel pintar, laptop, dan komputer, aku biasa belajar menulis pada mesin tik manual yang bunyinya saat mengetik bisa mengganggu tetangga sekitar yang sedang asyik dibuai mimpi.

Begitu juga saat sebelum menggunakan mesin tik, bukankah aku biasa menulis pakai tangan, dengan pulpen yang dituliskan pada selembar kertas bergaris, atawa juga pada sebuah buku tulis?

Gitu aja kok repot. Kalau memang sungguh-sungguh ingin belajar menulis, sebenarnya tidak usah terpaku pada alat-alat canggih jaman now saja. Pulpen dan kertas pun sepertinya masih oke-oke saja untuk kita pakai.

Sehingga pepatah lama: Tak ada rotan akar pun jadi, bisa jadi masih berlaku dalam hal ini.  ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun