Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ketika Seorang Duda Jatuh Cinta

3 Oktober 2018   18:48 Diperbarui: 6 Oktober 2018   16:52 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: artisticco)

Selain takut Teh Ela benar-benar tidak akan meyuruhnya lagi, Kang Ojak pun berfikir kalau Teh Ela akan menyangka dirinya ada apa-apa terhadap janda kaya itu. Meskipun memang ada apa-apa, tapi tetap saja Kang Ojak ketika itu tidak ingin Teh Ela mengetahuinya. Kang Ojak takut Teh Ela akan murka. Bagaimana jadinya kalau sampai begitu. Bisa kiamat aku, begitu kata hati Kang Ojak. 

Terlebih lagi sesungguhnyalah ia pun membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan untuk menafkahi lima orang anaknya yang diurus bekas istrinya selama ini.

Perhatian Teh Ela terhadap Kang Ojak pun kian hari semakin bertambah juga. Setelah mengetahui Kang Ojak tanpa diminta pun selalu saja mengerjakan hal-hal yang seharusnya dikerjakan oleh seorang pria. 

Misalnya saja menjaga saluran air yang mengairi sawah Teh Ela semalam suntuk jika kebetulan sedang kekurangan air seperti di musim kemarau. Atau juga membetulkan dermaga pematang kolam yang longsor, karena kebetulan longsornya pematang itu di malam hari, danTeh Ela tidak mengetahuinya. Dan kalau pun mengetahuinya mana sempat untuk mengurusnya. 

Karena ia sibuk dengan warungnya. Maka Kang Ojak selalu saja mengerjakannya tanpa diminta tolong juga. Oleh karena itu, Teh Ela jika tahu Kang Ojak telah mengerjakan sesuatu, ia pun selalu mengirim makanan ke rumah Kang Ojak.  Sebagai tanda terima kasih, tentu saja.

Sikap Teh Ela yang demikian itu, bagi Kang Ojak merupakan tanda-tanda jika janda kaya itu pun ada perhatian terhadap dirinya. Hanya saja Kang Ojak pun mengira, Teh Ela pun sama dengan dirinya. Tak kuasa untuk mengungkapkan segalarasa yang ada di hatinya.

Penyanyi di atas panggung sudah selesai menyanyikan lagu Jatuh Bangun-nya, dan sudah diganti oleh penyanyi wanita. Tetapi Kang Ojak masih tetap saja memejamkan matanya, sambil menyenandungkan lagu dangdut yang dipopulerkan almarhum Meggy Z itu.

Sementara di dalam hatinya, Kang Ojak seakan menyesali dirinya yang telah ditinggal mati kedua orang tuanya.

"Andaikan saja Emak dan Abah masih ada, mungkin Teh Ela akan segera dilamar oleh mereka. seperti dulu, saat aku akan menikah dengan emaknya anak-anak..." celoteh Kang Ojak dalam hatinya. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun