Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Seorang Anton Charliyan yang Saya Kenal

17 Desember 2017   23:03 Diperbarui: 17 Desember 2017   23:53 4522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Irjen Anton Charliyan, M.PKN (Dokumentasi Pribadi)

Beberapa waktu lalu, tiga perwira tinggi Polri dikabarkan meminta izin Kapolri untuk mencalonkan diri di Pilkada serentak 2018 mendatang. Satu di antaranya adalah Irjen Anton Charliyan, M.PKN, Waka Lemdiklat Polri, dan sebelumnya pernah menjabat Kapolda Jawa Barat.

Mendengar dan membaca berita itu, saya tidak terkejut memang. Tetapi perasaan yang mengharu biru bercampur aduk dengan kegembiraan muncul seketika.

Betapa tidak. Saya mengenal sosok Anton, ketika dirinya masih berpangkat Kombes dan menjabat Kapolwil Priangan yang berkedudukan di kota Garut. Dari namanya, awalnya saya mengira kalau yang bersangkutan berasal dari tanah seberang. Tetapi setelah bertemu, ternyata putra asli Tasikmalaya, teureuh (Keturunan) asli dari Cisayong, sebuah kecamatan di bagian utara Tasikmalaya.

Kedekatan saya dengannya berawal sebagaimana halnya seorang wartawan dengan pejabat. Saya butuh bahan berita, dan yang bersangkutan butuh publikasi dalam melaksanakan tugasnya sebagai abdi negara. Itu saja.

Hanya saja entah bagaimana sebabnya, semakin lama hubungan kami semakin dekat saja. Sepertinya di antara sekian banyak wartawan di Tasikmalaya, hanya saya sendiri yang selalu mendapat undangan apabila ada kegiatan di Mapolwil. 

Bahkan pernah juga mendapat undangan, walau tak ada kegiatan yang layak diberitakan sekalipun. Bisa jadi pertimbangan Anton saat itu, bukan karena memang kami berdua berasal dari Tasikmlaya, tapi karena surat kabar tempat saya bekerja membuat rubrik khusus segala kegiatan di lingkungan Polri se-wilayah Priangan.

Ada pun kesan mendalam saya terhadap Anton, adalah di saat menggalakkan program Polisi Santri yang digagasnya. Selain mendapat pujian dari Kapolda (saat itu) Irjen Susno Duadji, masyarakat Priangan pun, khususnya para ulama, menyambutnya dengan sukacita. Bagaimanapun wilayah Priangan sejak lama dikenal dengan wilayah pesantren. 

Sehingga sangat tepatlah kalau program tersebut dilaksanakan. Selain mengajak para anggota Polisi sendiri agar menjadi insan yang taqwa dalam menunaikan kewajibannya, juga di dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat pun tentunya akan mudah untuk beradaptasi.

Bahkan program Polisi Santri yang digagasnya itu pun memang sesuai dengan kepribadian Anton Charlyan sendiri. Saat kami sedang bersamanya, terkadang saya suka merasa malu sendiri. Karena apabila tiba waktu shalat, Anton sepertinya selalu menunaikannya dengan tepat waktu. Orang Sunda bilang: Dur cong! Artinya begitu beduk ditabuh, dan azan dikumandangkan, meskipun dalam keadaan sesibuk dan sepenting apa pun kegiatan yang sedang dilaksanakannya, Anton sesaat meminta waktu untuk menunaikan ibadah shalat.

Di dalam berkomunikasi, dan berinteraksi dengan wartawan, maupun masyarakat sekitar, Anton pun tampaknya tidak pernah menjaga jarak. Tidak mentang-mentang sebagai seorang polisi berpangkat tinggi. Tatakrama yang sesuai dengan adat budaya Sunda begitu melekat pada dirinya. Sikapnya yang handap asor, alias rendah hati membuat siapa pun tidak segan lagi untuk beramah-tamah dengannya.

Pergaulannya di tengah masyarakat, juga tampaknya lebih dekat dengan kaum ulama. Hampir setiap waktu, saat itu, sellau menyempatkan untuk melakukan silaturahmi ke berbagai Kiai dan ajengan pemilik pesantren yang banyak tersebar di Priangan.

Hanya saja di dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pimpinan, terkadang saya sendiri seringkali ketar-ketir melihatnya. Misalnya saja kalau suatu saat Anton mendapati anggotanya melakukan perbuatan yang melanggar aturan, maka ia pun dengan tegas dan tanpa segan-segan lagi memberi hukuman yang setimpal, sesuai dengan yang telah ditentukan.

Seiring berjalannya waktu, Kombes Anton Charlyan dialihtugaskan ke Kalimantan, dan Mapolwil kemudian dihapuskan, saya tak dapat lagi bertemu dengannya. Hanya terkadang berkomunikasi lewat SMS dan di media sosial saja. Sementara sepak terjangnya hanya dapat saya ikuti melalui pemberitaan dari media. Sebagaimana halnya sekarang ini. Saat Anton meminta izin dari Kapolri untuk ikut berlaga dalam Pilkada di Jawa Barat, saya mendapat kabar itu dari media juga.

Karena kabar itu juga, saya sendiri ikut bergembira. Paling tidak dari Tasikmalaya sudah ada dua orang yang akan maju bertarung di dalam pemilihan Gubernur dan Wakil gubernur Jawa Barat. Selain Anton Charlyan, Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum pun sudah terlebih dahulu mendeklarasikan niatnya itu.

Hanya saja, kalau Uu sudah jelas diusung PPP karena memang kadernya partai berlambang Ka'bah itu. Sementara Anton sendiri belum jelas parpol yang mengusungnya. Apakah akan diusung PDIP yang beberapa waktu lalu pernah mengundangnya, atawa oleh partai Golkar sebagai pendamping Dedi Mulyadi?

Entahlah. Yang jelas saya merasa jadi bingung juga jadinya. Harus kemana saya menjatuhkan pilihan nanti pada waktunya. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun