Hari Minggu, atau kebetulan di hari libur lainnya, anak dan cucu kami biasa datang berkunjung ke rumah. Dua anak perempuan kami yang sudah berkeluarga, Â masing-masing sudah mempunyai dua orang anak. Sementara di rumah masih ada dua anak gadis kami yang masih lajang. Sehingga kalau kebetulan berkumpul, lumayan ramailah rumah kami. Terlebih lagi empat orang cucu kami sedang lucu-lucunya. Karena kebetulan dua cucu terakhir kami lahirnya hanya beda beberapa bulan saja.
Saat ini cucu dari dari anak perempuan kami yang pertama baru seminggu lalu merayakan ulang tahun pertamanya. Sedangkan ulang tahun cucu dari anak kami yang kedua, dirayakan pada dua bulan yang lalu.
Ada pun cucu pertama, dari anak perempuan pertama kami saat ini sudah duduk di bangku kelas satu SD. Dan anak sulung dari anak perempuan kedua kami baru duduk di bangku PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Sehingga setelah puas bermain dan menimang adik-adiknya, maka selanjutnya saya pun mengajak kakak-kakaknya untuk bermain-main juga, sekalian mencari tahu, sampai di mana pengetahuan yang telah diperolehnya di bangku sekolah masing-masing.
Sebagaimana biasa, cucu kami yang masih duduk di bangku PAUD seringkali mendapat giliran pertama untuk ditanya. Karena cucu kami yang satu ini satu-satunya perempuan, maka selalu mendapat perhatian lebih. Sehingga dalam kesempatan seperti itu pun selalu diutamakan.
"Dek Sasa, kemarin di sekolah belajar apa?"
"Abah,Teteh mah sudah bisa nyanyi lagu Balonku," jawabnya sambil menggelendot manja. Cucu saya semuanya memanggil Abah pada saya. Sebagaimana biasanya di keluarga kami, semua cucu kepada Kakeknya memanggil seperti itu.
"Coba sekarang nyanyikan!"
Lalu dia pun menyanyikan lagu itu tanpa ragu dan sungkan, meskipun liriknya belum bisa diingat semuanya secara benar juga.
Hanya saja saat giliran cucu kami yang pertama, belum lagi memberikan pertanyaan, dan baru menyebut namanya saja, tiba-tiba ia berkata, "Abah boleh ngasih pertanyaan sama kakak. Tapi kalau nanti Kakak jawab dengan benar, Abah harus memberi hadiah sepedah seperti yang biasa diberikan Presiden. kalau nggak dikasih hadiah, Kakak nggak mau menjawab pertanyaan Abah."
Mendengar cucu pertama saya berkata seperti itu, untuk sesaat saya tercenung bisu. Tidak biasanya cucu kami yang satu ini berkata seperti itu. Jangan-jangan karena suka menonton siaran berita di televisi, dan kebetulan melihat kegiatan Presiden yang sedang membagi-bagikan hadiah sepedah kepada anak-anak yang mampu menjawab pertanyaan beliau dengan benar.
Di satu sisi saya menilai pemberian hadiah seorang Presiden kepada anak-anak itu memang merupakan sesuatu yang baik. Paling tidak suatu bentuk keakraban seorang pemimpin bangsa dengan anak bangsanya. Selain itu, bagi anak itu sendiri akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Selain mendapat kesempatan bertatap muka dengan orang nomor satu di negeri ini, juga mendapat penilaian plus hadiah sepedah, merupakan sesuatu yang langka bagi anak-anak yang lainnya.
Sebagaimana juga pernah diungkapkan Presiden Jokowi sendiri, dengan memberikan hadiah berupa sepedah, di baliknya Presiden Jokowi memiliki maksud yang lebih jauh lagi. Beliau berharap anak-anak lebih menyukai sepedah gowes daripada sepeda motor. Selain untuk menjaga lingkungan agar tidak tercemar polusi, juga secara implisit berharap anak-anak Indonesia menjadi lebih sehat lagi, dan ke depannya menjadi bangsa yang tangguh, serta mampu bersaing dengan bangsa lain dalam percaturan di jaman milenial ini.
Hanya saja, di sisi lain muncul pemikiran lain. Akan bagaimana jadinya apabila setiap anak yang diberi pertanyaan oleh orang tuanya, bahkan oleh gurunya, menuntut hadiah sepedah, seperti cucu kami itu, untuk jawabannya yang dianggap benar?
Inilah masalahnya.
Masih mending kalau orang tua, atawa gurunya memiliki stok dana berlebih. Coba seandainya kondisi keuangannya pas sedang kosong, bisa repot dibuatnya, tentu saja. Sehingga saya pikir, supaya tidak terjadi hal seperti yang saya alami, bagaimana kalau memberikan hadiah kepada mereka yang mendapat pertanyaan dari Presiden itu diganti saja. Bukan lagi sepeda, tapi diberi beasiswa khusus misalnya...
"Abah, jadi nggak ngasih hadiahnya?" tanya cucu saya, sehingga saya kaget dibuatnya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H