Alhasil, mereka bisa menjalankan perannya masing-masing untuk membantu pembangunan sepak bola yang jalan di tempat dan telah paceklik prestasi lebih dari tiga dekade.
Sebagaimana dikutip dari kompas.id, langkah pertama yang disusun PSSI adalah kerangka untuk menghadirkan school of excellence (SE) untuk sepak bola di 34 provinsi. PSSI mengusulkan setiap provinsi memiliki SE yang akan dikhususkan untuk anak-anak berusia 9 hingga 14 tahun agar bisa mengenyam pendidikan dasar tentang sepak bola.
Dari  blueprint, atau cetak biru kerangka kerja terperinci yang menjadi landasan dalam pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta langkah-langkah atau implementasi yang harus dilaksanakan oleh setiap unit di lingkungan kerja di bawah otoritas PSSI, ini diharapkan dalam sepuluh tahun, catat: sepuluh tahun kemudian timnas Indonesia mampu berbicara di pentas dunia.Â
Jadi bagi para pendukung fanatik Timnas Indonesia, yang memiliki ekspektasi untuk menyaksikan timnas Indonesia berlaga di ajang piala dunia, setidaknya harus menunggu 10 tahun lagi.
Alamak!
Bisa jadi untuk memangkas waktu yang cukup lama itu, dan paling tidak untuk memberikan harapan bagi insan pecinta sepak bola Indonesia, maka PSSI mengambil cara lain, yakni dengan melaksanakan program naturalisasi pemain keturunan berdarah Indonesia yang berkiprah di luar negeri, khususnya mereka yang berada di benua Eropa.
So, mudah-mudahan dengan langkah tersebut Timnas Indonesia setidaknya mampu bersaing di tingkat regional Asia Tenggara, dan dapat merebut medali emas di ajang SEA games, maupun turnamen piala AFF Suzuki Cup yang rencananya akan kembali digelar di penghujung tahun 2022 nanti.
Semoga. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H