Nama Gubernur DKI Jakarta, Anies R. Baswedan, selama ini elektabilitasnya berdasarkan hasil beberapa lembaga survei, seringkali berada di posisi tiga besar capres 2024 Â bersama Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Bahkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Indonesia Political Opinion (IPO), Sabtu (4/12/2021), nama Anies Baswedan berada pada posisi teratas survei capres 2024. Tingkat elektabilitas Anies disusul oleh Ganjar, dan Prabowo.
Berikut tingkat elektabilitas Anies, Ganjar dan  dalam survei IPO:Â
Anies Rasyid Baswedan 21,3%
Ganjar Pranowo 11,6%
Prabowo Subianto 8,4%
Sedangkan sebelumnya, dalam survei capres 2024 yang dirilis Lembaga Indostrategic. Dalam survei yang dilakukan pada 23 Maret-1 Juni 2021, nama Anies Baswedan berada di posisi kedua. Sementara Prabowo Subianto berada di posisi pertama dengan hasil  17,5%, lalu disusul Anies Baswedan 17,0%, dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo 8,1%.
Nama Gubernur DKI Jakarta ini yang selalu masuk radar lembaga survei, kemungkinan besar disebabkan yang bersangkutan sebagai orang nomor satu di Jakarta, yang notabene merupakan wilayah yang berada paling dekat dengan pusat pemerintahan Indonesia, sudah pasti selalu terpantau oleh media.
Terlebih lagi dengan sikap dan gaya komunikasinya yang dianggap berlebihan, sehingga tak heran bila mengundang banyak perhatian.
Hanya saja memasuki tahun 2022 ini, bisa jadi akan merupakan hari-hari terakhirnya menikmati nama dan fotonya beredar di berbagai media, baik yang meliput kegiatan sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta, maupun sebagai capres yang menurut beberapa hasil survei, cukup lumayan elektabilitasnya.
Betapa tidak, seiring dengan berakhirnya masa jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta, pada bulan Oktober 2022, besar kemungkinan nama eks Mendikbud yang satu ini, secara perlahan tapi pasti, akan menyusut hilang dari peredaran.
Lha, orang sudah purna tugas, ditambah lagi bukan tokoh, atau kader partai politik apa pun. Apa lagi yang mau diberitakan media?
 Terkecuali diberitakan melalui media massa yang suka bikin sensasi, atau lewat media sosial yang selama ini ada akun dirinya yang bersangkutan. Mungkin saja tetap eksis, walaupun jangkauannya sebatas para pendukung fanatiknya.
Walakin yang jelas, tampaknya seorang Anies Baswedan ini ibarat seorang panglima perang yang tidak memiliki pasukan yang bisa diandalkan, lantaran baru saja hendak melangkah ke arena langsung terkapar lantaran suratan ruang dan waktu yang telah menentukan.
Hal ini bisa jadi tidak terlepas dari bagaimana seorang Anies meraih kekuasaan di DKI Jakarta 2017 lalu juga.
Suka maupun tidak, Pemilukada DKI Jakarta 2017 lalu, dianggap sebagai perhelatan demokrasi yang paling brutal, dan yang pernah terjadi di negeri ini.
Persaingan merebut dukungan konstituen dengan membawa-bawa simbol agama, seperti misalnya ungkapan haram, kafir, bahkan mayat sesama Muslim pun tidak boleh dishalatkan di masjid, hanya karena perbedaan dukungan kepada kandidat, dianggap sebagai babak baru ternodanya sendi kehidupan yang berdasarkan Pancasila, maupun Islam sendiri yang konon merupakan rahmatan lil'alamin.
Sehingga dalam hal ini, tentunya Anies Baswedan sendiri, sebagai pemeluk agama Islam patut untuk menyadarinya. Boleh jadi, keadaan yang saat ini terjadi pada dirinya, tidak kurang dan tidak lebih lantaran perbuatannya sendiri di saat melangkah merebut kekuasaan sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta 2017 lalu.
Siapa menabur benih, dia juga yang akan menuainya. Siapa berbuat baik, sudah pasti akan mendapatkan balasan kebaikan juga. Demikian juga sebaliknya.
Itu bukan omong kosong, atau sekedar peribahasa yang sudah usang belaka. Tapi tetap berlaku sepanjang masa. Selama manusia hidup di dunia yang fana ini.
Terlebih lagi bila kita mengeja, dan merenungkan kembali firman Allah SWT, dan sabda Rasulullah Saw.
Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya surat ke-25 ayat ke-19: "Barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya kami rasakan kepadanya azab yang besar."Â
Menzalimi atau berbuat aniaya kepada sesama manusia juga merupakan perbuatan yang dibenci Allah SWT. Perbuatan seperti menyinggung kehormatan orang lain, menyakiti tubuh, atau hati orang lain hingga mengambil harta orang tanpa alasan yang benar, adalah perilaku yang dimurkai Allah.Â
Allah menyebut akan mengambil amalan orang yang berbuat zalim, dan diberikan kepada orang yang dizalimi. Bahkan akan menimpakan dosa orang yang dizalimi kepada orang yang menzalimi.Â
Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:Â
"Barangsiapa yang berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalannya darinya hari ini juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal salih, maka amalannya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan jika ia tidak punya kebaikan, maka keburukan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya." (HR Bukhari).
Bagaimanapun selama perhelatan Pemilukada DKI Jakarta 2017, merupakan suatu fakta dan fenomena yang tidak terbantahkan lagi apabila telah terjadi perbuatan zalim terhadap sesama hanya lantaran berbeda siapa yang didukungnya, termasuk juga rival yang dihadapinya.
Di sinilah kiranya perlu disadari, dalam setiap aspek kehidupan, terutama di dalam politik yang telah diketahui selalu dikatakan untuk memperoleh kekuasaan selalu dilakukan dengan segala cara, pada akhirnya ternyata akan mendapatkan balasan yang setimpal juga. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H