Kemarin dan esok
adalah hari ini
bencana dan keberuntungan
sama saja
Langit di luar,
Langit di badan,
Bersatu dalam jiwa
Demikianlah pernah diungkapkan mendiang Mas Willy, alias WS Rendra. Kepanjangan WS itu adalah Willibrordus Surendra, tapi kemudian berubah menjadi Wahyu Sulaiman.
Seperti diketahui, WS Rendra adalah penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater terkemuka di negeri ini. Sejak muda, mendiang yang dikenal juga dengan padepokan Bengkel Teaternya itu menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa.
Setiap kali membaca quotes-nya itu yang sejak lama saya simpan di dalam diari pribadi, selalu saja merenungkan perjalanan hidup yang telah, dan sedang, juga akan dijalani selama di dunia ini.
Seperti di pagi ini. Manakala angka di kalender smartphone berubah dari angka 31 menjadi angka 1, yang artinya bulan Desember 2021 yang kemarin telah dilalui, sudah berganti menjadi 1 Januari 2022.
Demikianlah detik, menit, dan jam berputar tiada henti dengan hitungan dari angka 0 hingga angka 60. Maka genaplah menjadi satu hari satu malam selama 24 jam.
Begitu juga setelah tujuh hari berganti Minggu, dan dalam kurun empat minggu dinamakan bulan yang lamanya rata-rata 30 hari, atau juga empat minggu itu.
Tanpa terasa, suka dan duka, sedih dan gembira, bahagia dan derita pun datang silih berganti. Mewarnai hari-hari dalam kehidupan setiap orang.Â
Dua sisi mata uang, sebagaimana juga alam. Siang dan malam. Musim kemarau berganti musim hujan. Dilalui tiada henti memang. Situasi dan kondisi, atau ruang dan waktu jualah yang menjadi pembedanya.
Sebagaimana yang pernah saya alami. Ketika itu, setiap kalender ditandai dengan warna merah, yang bagi kebanyakan orang merupakan hari libur.Â