Hal ini tentunya mengingatkan kita pada pertandingan antara Korea Selatan versus Jerman pada Kejuaraan Dunia 2018 di Rusia.
 Sebelum pertandingan, Shin Tae-yong, meminta pihak keamanan untuk menjaga ketat pola latihan, dan taktik serta strategi yang akan diterapkan saat berhadapan dengan raksasa Jerman. Agar tidak diketahui oleh pihak lawan, tentu saja.
Lalu hasilnya? Ketika itu Korea Selatan dengan gemilang menjungkalkan kesebelasan Der Panzer dengan skor 2 - 0. Sehingga Jerman pun terhenti langkahnya untuk maju ke babak selanjutnya.
Oleh karena itu ekspektasi kita pun jangan sampai terhenti. Berharap ada keajaiban, disertai dengan doa khusyuk yang dipanjatkan kepada Allah yang mahakuasa, seraya berserah diri, adalah suatu yang dianjurkan. Sementara yang menentukan, adalah kekuasaan Tuhan juga.
Itulah yang seharusnya ditunjukkan oleh seluruh pendukung Timnas Indonesia. Serahkan sepenuhnya kepada Shin Tae-yong di lapangan, dan juga akan kekuasaan Tuhan - tentunya.
Tapi yang patut digarisbawahi, dengan menahan imbang Timnas Vietnam, dan menghentikan langkah timnas Harimau negeri Jiran Malaysia 4 - 1, di babak penyisihan grup B, sudah seyogyanya untuk diberikan sambutan yang positif yang cukup membanggakan.
Bahwa Vietnam sebagai pemegang gelar juara di turnamen piala AFF Suzuki Cup sebelumnya, sudah bisa ditahan imbang. Demikian juga dengan Malaysia yang selama ini dianggap sebagai musuh bebuyutan, langsung dibungkam kesombongannya dengan skor telak 4 - 1.
Sementara kekuatan Thailand sendiri, bagaimanapun kita mengakui. Selama ini Timnas Gajah Perang memang paling maju bila dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara.
Selama turnamen piala AFF Suzuki Cup yang awalnya disebut Tiger Cup, Thailand telah lima kali  memboyong trofi juara, disusul Singapura empat kali, Vietnam dua kali, dan Malaysia sekali. Sedangkan Indonesia sendiri belum pernah sekalipun merebutnya.
Apa boleh buat. Selain Dewi Fortuna belum berpihak kepada kita, bisa jadi lantaran selama ini yang jadi penyebabnya adalah, belum jelasnya program untuk mempersiapkan skuad Timnas Indonesia yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan oleh otoritas sepak bola Indonesia sendiri.
Misalnya saja dengan seringnya mengganti pelatih, juga cara seleksi calon pemain yang masih ada campur tangan pengurus yang hanya berdasarkan like and dislike, bahkan jelas hanya berupa titipan, dan sama sekali tidak memperhatikan kualitas, adalah merupakan sikap otoritas yang sama sekali menghambat kemajuan sepak bola Indonesia sendiri.