Semifinal leg pertama turnamen piala AFF 2020 antara Timnas Indonesia melawan The Lions Singapura, berakhir dengan hasil imbang. Â 1 - 1.
Dengan hasil ini, kedua tim masih memiliki kesempatan yang sama untuk melaju menuju babak final, saat kedua tim bertemu kembali di leg kedua yang akan digelar pada Sabtu (25/12/2021), di National Stadium Kallang.
Walakin terlepas dengan perolehan hasil yang dianggap kurang memuaskan, sebagaimana biasanya watak warga +62, masih saja suka mencari-cari kambing hitam.Â
Siapa, apa, dan dimana saja yang menjadi biang kesalahan, atau juga titik kelemahannya, sampai Timnas cuma memetik hasil imbang.
Sungguh menarik, sekaligus menggelitik, menyimak perbincangan warga +62 usai tim kesayangannya ditahan imbang tuan rumah Singapura tadi malam.
Bola Itu Bundar, Bung!
Perbincangan yang menjurus kepada perdebatan, seperti Rocky Gerung dengan Adian Napitupulu saja laiknya. Saat beradu argumen tentang persoalan di negeri ini.
Masing-masing bersikukuh mempertahankan pendapatnya. Dengan nada suara yang tinggi, layaknya dua orang yang hendak berkelahi.Â
Sehingga yang menyaksikannya pun sampai ada yang tegang dibuatnya, dan tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Begitu juga dengan perdebatan antara para pendukung Timnas Indonesia. Wataknya sungguh beragam.Â
Ketika tim yang didukungnya memetik kemenangan, atau juga hanya mendapatkan hasil imbang, terlebih lagi kalau sampai menelan kekalahan, masih saja ada yang nyinyir. Seakan-akan dirinya sendiri yang paling maha benar.
Padahal, boleh jadi orang yang gampang menyalahkan pemain dan pelatih itu belum pernah sekalipun merasakan atmosfer di lapangan. Sebagai pemain, sebagaimana mereka yang sekarang jadi punggawa kesebelasan Indonesia. Atau paling tidak jadi pemain sepak bola tingkat tarkam.
Bagaimana bola harus ditendang, ditangkap, direbut, atau juga diamankan dari serangan lawan, dan tentunya harus berlari ke sana kemari dengan kencang.
Begitu juga dengan pelatih di pinggir lapangan. Bagaimana Shin Tae-yong bersama para asistennya harus memutar otak, dan memberikan komando bagi seluruh anak asuhnya yang tengah berjibaku selama berlangsungnya pertandingan.
Ihwal hasil imbang di leg pertama babak semifinal turnamen piala AFF antara Indonesia vs Singapura pun, sebagaimana dikemukakan Shin Tae-yong seusai pertandingan, faktor kelelahan juga yang menjadi salah satu penyebabnya.
Selain itu juga adalah Singapura sebagai tuan rumah, merupakan faktor yang tidak bisa disangkal lagi sebagai pendorong semangat anak asuh Tatsuma Yoshida, dan dukungan supporternya, tentu saja.
Sementara faktor-faktor lainnya tidaklah begitu dipersoalkan. Apa lagi jika melihat perbandingan rata-rata usia para pemain dari kedua kesebelasan.
Sesungguhnya Indonesia diuntungkan dengan usia para pemain yang relatif masih muda, dibandingkan dengan para pemain Singapura yang kebanyakan sudah berkepala tiga.
Terlebih lagi meski mereka masih banyak yang berusia muda, tapi beberapa dari mereka sudah terasah pengalamannya di kancah liga Eropa dan Asia.Â
Sebagaimana halnya Elkan Baggott, Ezra Wailan, Witan Sulaeman, Egy Maulana Vikri, Asnawi Mangkualam, dan yang lainnya.
Kiranya hal itu pun tidak boleh diabaikan. Sebaliknya justru akan memberikan andil sebagai pendorong rasa percaya diri seluruh tim.
Begitu juga dengan sikap renda hati pelatih Shin Tae-yong. Meskipun sedikit berbicara, namun di baliknya bisa ditangkap apa yang dimaksudnya.
Setidaknya, Shin Tae-yong kemungkinan sedang memainkan taktik dan strategi yang disembunyikan.
Mungkin saja faktor x yang tidak diungkapkan secara langsung itu adalah memberikan euforia kegembiraan sementara bagi tim lawan, Singapura, sebagai tuan rumah.Â
Tapi nanti di leg kedua, mungkin saja akan lain lagi ceritanya... ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI